Mengingat Masa Lalu 1 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 2 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 3 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 4 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 5 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Rabu, 02 Mei 2012

Temukan Cintamu


Bila anda tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang-orang  yang
bekerja  di  sana.  Rasakan  kegembiraan  dari  pertemanan  itu.  Dan,
pekerjaan  pun  jadi  menggembirakan.  Bila  anda  tak  bisa  mencintai  rekan-
rekan  kerja  anda.  maka  cintailah  suasana  dan  gedung  kantor  anda.  Ini
mendorong  anda  untuk  bergairah  berangkat  kerja  dan  melakukan
ugastugas  dengan  lebih  baik  lagi  Bila  toh  anda  juga  tidak  bisa
melakukannya,  cintai  setiap  pengalaman  pulang  pergi  dari  dan  ke  tempat
kerja  anda.  Perjalanan  yang  menyenangkan  menjadikan  tujuan  tampak
menyenangkan  juga.Namun,  bila  anda  tak  menemukan  kesenangan  di
sana,  maka  cintai  apa  pun  yang  bisa  anda  cintai  dari  kerja  anda:  tanaman
penghias  meja,  cicak  di  atas  dinding,  atau  gumpalan  awan  dari  balik
jendela.
Apa  saja.  Bila  anda  tak  menemukan  yang  bisa  anda  cintai  dari  pekerjaan
anda,  maka  mengapa  anda  ada  di  situ?  Tak  ada  alasan  bagi  anda  untuk
tetap  bertahan.  Cepat  pergi  dan  carilah  apa  yang  anda  cintai,  lalu
bekerjalah  di  sana.  Hidup  hanya  sekali.  Tak  ada  yang  lebih  indah  selain
melakukan dengan rasa cinta yang tulus

Jumat, 20 April 2012

Brosur babun Najah desain

Halaman Pertama


















Halaman Kedua desain









desain spanduk babun najah







Spanduk Maulid Nabi







Spanduk UAN Babun Najah






Spanduk Santri Baru babun Najah

Rabu, 18 April 2012

Penjara Suci Yang Terkekang


Tidakku sangka banyak perbedaan yang terjadi dipesantren ini. Santri yang hulu lalang di perkarangan pesantren setiap sore setelah Shalat Asar membentuk keramain dan saling tegur sapa. Betapa ingatan ini kembali ke masa lalu. Masa-masa yang penuh dengan keceriaan dan hukuman karena melanggar kedisipinan yang telah diterapkan dalam AD/ART pesantren.
Pesantren yang dikenal dengan nama Darul Aiman ini hanya berjarak dua kilometer dari pusat kota Banda Aceh. Bangunan bertingkat berdiri sejajar membentuk leter huruf “U”,  diapit lapangan Bola kaki mini,  dikiri dan kanannya ditemani pepohonan rindang yang dikenal dengan asan teunget. Musalla yang dulunya hanya di topang dengan papan berubah menjadi Musalla permanen yang terletak disamping lapangan bola sebagai pemisah antara Asrama Putra dengan Asrama Putri. Psantren Darul Aiman ini tidak terlalu luas, disamping pesantren sudah banyak rumah penduduk yang dibangun berdekatan dengan tembok pesantren yang tingginya hampir tiga meter.
Walaupun pesantren telah disulap sebegitu megahnya, namun masih ada satu pojokan dekat dengan kamar mandi putra yang belum berubah. Ia, pojokan tempat untuk menikmati sebatang Rokok bersama teman-teman yang ketagihan merokok. Walaupun pesantren mengharamkan merokok dan memberikan sanksi keras bila kedapatan, sehingga edi suatu hari harus menanggung sanksi karena kedapatan merokok dipojokan yang masih berwarna coklat muda itu.
“ Herman, gimana nih. Kira-kira apa hukumannya ya?.” Edi memberi tau ke herman yang masih asyik dengan setrika ditangannya.
“ Tanya saja sama si Bagus di. Karena dia telah merasakan bagaimana enaknya sanksi bagi yang memproduksi asap penyakit”. Nyeloteh herman sambil menunjuk kearahku.
“ Tenang aja di, paling Wc or di jemur dilapangan asrama putri. Jadi ente bisa kenalan lebih dekat dengan asrianda.” Ujarku seadanya yang membuat edi makin penasaran.
Ah.. kenangan itu memang tidak terlupakan. Betapa banyak pengalaman yang terus melekat bila teringat masa lalu di Darul Aiman ini. Kupercepat ayunan langkahku menuju ke pesantren lagi. Ditanganku sebungkus nasi goreng sengaja aku belikan di Ulee Kareng  untuk persiapan makan malam di pesantren. Maklum takut tidak kebagian nasi atau kehabisan nasi, karena aku dari dulu dikenal sangan pemalu kalau soal makanan. Hingga aku kelaparan dikerjain kawan-kawan ketika ambil nasi pagi. Lagi enak atri, eh.. malah dibilang bagus ambil nasi dua piring. Ya.. pasang langkah seribu menuju asrama dech.
Suasana pesantren memang ramai dikunjungi Wali santri setalah Asar. Terlihat kenderaan yang diparkir degan berbagai macam coraknya menandakan banyak Santri yang berasal dari keluarga menengah keatas. Yang aku kagumi adalah para santri aktif ngomong dalam Bahasa Arab dan inggris. Aku mengambil tempat duduk dipojok ruangan kantin, setelah memesan secangkir kopi. Ku arahkan pandangan kearah kanan, tepatnya kearah santri yang lagi main Bola Volly sambil bercengkrama dengan kawan-kawannya. Ditengah lapangan mini bola kaki para pendekar Tapak Suci sangat serius mendengarkan arahan untuk memulai Sparing, dengan baju berwarna merah di padu dengan les kuning menambah kegagahan mereka dalam mengatur kuda-kuda.
Tepat jam 18.00 wib, terdengar seruan dari corong Mikrofon. “ kepada seluruh wali santri dan para tamu, yang bahwa jam sudah menunjukkan pukul enam. Maka kami harapkan untuk bersiap-siap meninggalkan pesantren. Kepada seluruh santri harap bersiap-siap untuk Muhadasah di tengah lapangan”.  Serunya dengan suara agak dikeraskankan.
Para wali santri mulai meninggalkan pesantren satu persatu. Kenderaan yang searah menuju  jalan keluar membuat jalan Kebun Raja itu macet. Banyak dari wali santri yang mengendarai mobil mewah semacam CRV, Kijang Inova, Avanza dan kenderaan yang lainnya.
Suasana pesantren mulai sunyi. Terdengar suara alunan bacaan Al-Quran saling sahut menyahut, para santri hulu lalang menuju ke Musalla sambil membawa Quran ditangnya. Ada yang lagi berwudhuk dan merapikan kain yang dikenakan. Matahari mulai merayap meninggalkan jejak-jejaknya, cahayanya makin memudar membentuk seluet senja yang makin nyata menyapa malam. Di atas sana awan membentuk lingkaran putih berjalan perlahan seolah-olah memberi tau sesuatu kepada insan untuk berhenti beraktifitas dan memenuhi janji kepada Rabbnya menuju kepada kelezatan Iman.
Selesai Shala Magrib berjama’ah di musalla. Aku bergegas menuju kekamar ustaz Tamrin, salah seorang pengurus pesantren darul aiman yang seleting dengnanku waktu nyantri tahun 1999. Ini perjumpaan yang ketiga bagiku di pesantren ini. Sudah tiga tahun lamanya aku tidak ke Banda Aceh karena sibuk bergelut dengan salah satu LSM yang berkecimpung dalam bidang seni budaya aceh yang ada di Meulaboh Aceh Barat sebagai kota pesisir pantai Barat Selatan.
“ Bagaimana peraturan pesantren sekarang Tamrin.?” Tanyaku membuka pembicaraan.
“ Wah.. Cukup beda dengan masa lalu.” Ujarnya sambil sekali-kali melihat kearah pintu. Kamar yang seukuran 4x6 meter ini di cat dengan warna biru yang sudah agak pudar. Di dinding sebelah kanan masih ada photo kami ketika rekreasi kepantai Syiah Kuala berdiri kokoh dengan bingkai terbuat dari kayu warna emas. Di sana hanya terdapat satu ranjang dan satu lemari, kamar yang dipenuhi kaligrafi ini terlihat begitu hidup dengan Kitab tersusun rapi di pojok ruangan.
“ sehabis Tsunami hampir seluruh pesantren yang ada di banda aceh ini terkekang dengan peraturan HAM anak!.”  Lanjutnya tanpa aku tanyakan.
“ Bayangkan Gus!, banyak santri yang melakukan pelanggaran, ada yang kedapatan pacaran, merokok, mencuri, berkelahi dan bahkan ada yang berani melawan guru-gurunya. Mereka tidak takut dengan sanksi. Kalau kami kasih sanksi berat, sebagian mereka akan melapor ke orang tua dan akan sampai kepada KOMNAS HAM.!” Tamrin berhenti sejenak, tangannya diarahkan kekepala untuk membetulkan letak pecinya.
Aku hanya terdiam. Aku pernah mendengar salah satu pesantren di banda aceh yang ustaznya dipenjarakan gara-gara mencubit santri. Padahal hanya satu cubitan hingga media memuat berita itu. Dan banyak kalangan elit yang duduk dipemerintahan mencibir peantren lantaran kejadian itu.
Sungguh ironis dan menyayat hati. Pesantren yang mencetak kader Islami ini setiap hari dimiringkan. Aku teringat satu buku yang pernah aku baca tentang pahlawan nasional Jendral Ahmad Yani pernah berkata. “ Kalau bukan lantaran kalimat Takbir, maka negeri ini sampai sekarang masih di jajah. Kalau bukan lantaran para Ulama, Kiyai dan para Santri, maka negeri ini masih dalam keadaan mencekam. Karna merekalah dengan ketebalan Iman, dengan semangat jihat yang tinggi melantunkan kalimat Takbir dibarisan depan menyiutkan nyali para penjajah hingga mereka kocar- kacir dalam menghadapi semangat santri ini untuk memperoleh kemerdekaan.”
Tapi semangat itu masih ada tertanam dalam jiwa-jiwa yang tertekan. Walaupun HAM sangat digiatkan NGO asing demi melancarkan semangat kolonialnya dibumi serambi mekkah ini. Akibatnya, pesantren sangat mereka tekan. Pesantrenlah wadah kobaran jihad  yang mereka perhitungkan, tapi mereka yang duduk disinggasana menanggapi dengan dingin malah mendukungnya. Setelah Tsunami kegiatan itu makin menyesak jiwa yang dilindungi keimanan. Padahal Rasulullah telah menerapkan HAM dan HAB ( Hak Asasi Binatang ) tapi kita rela meninggalkannya demi menganut kepunyaan NGO dibawah panji-panji USA.
“ itulah gus, kita tidak tau mau buat apa..?” dengan suara makin parau.
“ mungkin putaran kehidupan tidak memihak kita tamrin..!!!” Ujarku perlahan.
  Andai pemimpin aceh ini seperti pimpinan Iran Ahmad Dinejad. Maka masalah yang ditakutkan pesantren akan teratasi gus.” Sambil menarik nafas dalam-dalam, seolah-olah beban sudah memenuhi ubun-ubun seantero kepala tamrin. Dia memang orang yang bertanggung jawab dalam bidang santri. Sebagai kepala Pengasuhan Santri sudah sepatutnya tamrin mengemban beban ini.
Aku hanya penasaran dengan ucapan tamrin menganai Ahmad Dinejad. Apa kelebihannya ya...?. yang aku tau Presiden iran itu salah satu presidan yang vokal, orator ulung yang selalu dijelek-jelekkan media barat.
Tamrin menjelaskan panjang lebar tentang Ahmad Dinejad sebagai Presiden negeri Persia itu. Yang selalu bertentangan dengan paham barat, dan berani berkoar-koar disidang umum PBB tentang Israil dan Amerika, bahwa Teroris yang paling nyata tidak lain adalah anda Wahai Amerika. Uh.. hebat betul ini presiden. Patut saja pembicaraan tamrin sampai ke iran, dari segi keberanian diakui  dunia dan dari segi kepemimpinan bisa di ambil contoh teladan bagi kaum muslim yang ada di aceh ini.
“ Kamu tau gus apa kata Ahmad Dinejad ketika diangkat menjadi Presiden ..?”
“ Tidak!” jawabku menggelengkan kepala.
“ Dia berdiri didepan cermin dan berkata. Kamu yang didepan kaca adalah orang kecil, kamu memang pemimpin. Dan kamu akan bertanggung jawab atas apa yang kamu pimpin nantinya. Pemimpin adalah pembatu dan pelayan masyarakat, maka kamu harus berani melayani mereka bukan untuk dilayani.” Duh.. hebat betul pemimpin ini.
Andai kata Aceh dipimpin oleh orang-orang yang setara dengan Ahmad Dinejad, maka pesantren akan mendapatkan forsi yang lebih baik dari sekarang tanpa tekanan dari pihak asing. Tanpa terasa malam merayap dengan cepatnya. Jam di dinding telah menunjukkan pukul satu malam, nasi goreng yang aku belikan tadi sore menjadi menu santapan malam kami.
Pagi mulai merayap dengan kicauan burung meloncat dari satu ranting keranting yang lain. Cahaya mentari menyelinap lewat celah jendela menerang seantero alam ini. Ku percapat langkahku menuju kekantin bersama tamrin. Koran harian ku lahap sebagai  imformasi bagiku, mungkin ada berita yang heboh disana. Duh!, senangnya aku. Halaman pertama hari Rabu 14 Desember 2011 membuat mataku melotot. Hampir 1000 polisi yang ada di aceh terkait dengan Narkoba. Besoknya kejadian yang sama lagi. Kapolda Aceh akan merekrut polisi dari Besik Dayah atau Pesantren. Tapi hatiku tetap gelisah, banyak sekali cobaan yang harus dihadapi Pesantren Aceh saat ini. Kebrobrokan moral makin meraja lela. Al-Quran mulai terlupakan yang ditopang dengan makin canggihnya alat yang membuat para remaja larut dalam enfario kebebasan. Sudah sepatutnya wahai Kapolda.

Nama Pena penulis : shefry Al-Drintijy
Penggiat Seni Budaya Aceh. Tinggal di Ulee Kareung Banda Aceh.

Senin, 09 Januari 2012

Kesunyian Hati

Lorong Hatiku

semua telah aku jalani dalam hidup ini. banyak sudah yang kudapati suka dan lukaku, perjalanan waktu masih sangat panjang. ribuan jejak telahku lampaui dengan nikmat dan susahnya perjuangan ini. tapi aku pingin menulis kisah hidupku yang makin suram.
Untuk adikku Dek cut maafkan akhimu, telah lama aku meninggalkanmu, kadang dalam keramaian engkau masih merasa sendiri. bukan salahmu dek. salah akhimu yang terlalu tertekan dengan perasaan dan tekakanan dari orang yang sekarang akhi sayangi. akhi tidak tau kenapa dia sangat benci padamu. kadang kata-katamu benar dek, kadang kata-katamu mengandung makna yang sangat dalam untul bisa akhi mengertikan dengan bait-bait syair yang kadang engkau tulis disamping pelajaranmu.
wahai pejuang..? engkau memang penuh dengan perasaan dan sangat pengertian terhadap akhimu, cuman akhimu yang selalu menghidar dari hadapanmu karena desakan orang yang membencimu jika dekat denganku. padahal engkau orang yang sangat akhi sayang. engkau adikku yang selalu membantuku untuk terus maju dalam pergulatan dunia ini. engkau memang cahaya dalam hidupku.
wahai pejuangku,,? sejak kecil engkau telah bersamaku. berbagai penglaman dan rintanan telah kita hadapi dengan penuh kesabaran dan ketulsan jiwamu yang selalu lembut untuk direnungi.  dek cut, tidak ada wanita yang sepertimu. akhi hanya ingin membahagiakanmu selagi umurku masih dikandung badan,
adikkku dek cut, namamu tidak akan hilang begitu saja dalam jiwa ini. namamu yang telah melekat sebagai dek cut adalah pemberianku di malaysia dulu. nama yang sempurna bagi seorang bocah yang telah ditinggalkan ayah ibu saudara dalam musibah tsunami 204 dulu.
adikku mafkan daku. sakit dan sehatmu telah kurang aku mengetahuinya. tapi engkau adalah temanku adikku dan guruku............

Senin, 12 Desember 2011

Pantai Wisata Nagan Raya


Wisata nagan Raya mulai berdenyut. Perbatasan antara kabupaten Nagan Raya dengan Aceh Barat Telah dibangun Baguan raksasa PLTU aceh. Menaranya terlihat dari kota Moulaboh. Disamping itu, Nagan Raya juga sebagian kabupatennya adalah pesisir terdiri dari dua Kecamatan, Yaitu kecamatan Kuala Pesisir dan Kecamatan Tripa Makmur sebagai dua kecamatan yang baru dimekarkan.
Dikecamatan Tripa Mkamur Kususnya menjadi kecamatan yang penuh dengan panorama pantainya yang cukup indah dan asri. Munurut sebagian pengunjung yang datang dari berbagai kabupaten merasa sangat nyaman ketika berada di pantai yang dinamakan pantai Suwak Dama atau babah lueng dan juga Pantai TPI menurut sebagian pengunjung menyebutnya.
Pantai yang luas dan dipenuhi batang cemara ini dengan rumpat yang menghijau menjadi daya tarik bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Akan tetapi yang sangat disayangkan adalah tidak adanya Fasilitas dipantai ini, baik itu Musalla untuk tempat shalat maupun fasilitas yang lain berupa Wc, Sumur dan ruang istirahat. Selain itu lestrikpun belum menyentuh daerah pantai ini.
Kalau dilihat dari dekat, setiap hari minggu pantai ini dipenuhi oleh keluarga dan muda mudi sekedar untuk melepaskan kepenatan dan bercengkrama dengan keluarga sambil menyaksikan ombak dipantai. Warung yang berjejeran memudahkan bagi para pengunjung untuk menyantap kuliner dipanatai ini. Selain dipenuhi oleh para pendatang, mereka juga membawa pancingan untuk memancing di muara, danau kecil dan dilaut.
Anda ada perhatian dari pemerintah setempat. Maka pantai Babah lueng ini layak untuk dijadikan tempat rekreasi bagi keluarga dan para muda mudi untuk bersantai. Dan sangat layak untuk ditetapkan sebagai tempat wisata yang islami.

Kamis, 07 Juli 2011

Sesal Trus Menghantui

Tidak ada Kebahagiaan yang kudapati, setiap hari berlumuran dengan dosa. entah apa yang aku cari dalam hidup ini. keluh kesah terus membayangi dalam setiap langkah kakiku. wahai orang yang biasa menyemangatiku...? maafkan daku yang belum bisa memenuhi hasrat keinginanmu untuk patuh dan menjalani apa yang engkau anjurkan.

Dirimu baik jujur dan penuh perhatian. ucapanmu membuat aku ingin berubah, tapi nafsu dan kemalasan dan kebiaasaan telah menjadi teman dan kawan karibku dek. aku tau engkau terus menangis bila melihat diri ini masih terbalut dengan kemelut yang aku ciptakan sendiri.
Allah memang adil dek. allah tidak akan merubah suatu kaum, sebelum kaum itu merubah dirinya sendiri. begitu juga denganku dek. ingin berubah, tapi kenapa bisa ketempat itu lagi>>? kebawa kesana lagi...?
Aku malu pada diriku, padamu, pada ayah dan ibuku, pada orang-orang yang mengenalku.. malu lantaran kecerobahan dan ke maksiatan yang terus berlaku. walau orang lain tidak tau dek, termasuk dirimu, kecuali Allah dan para Malaikatnya.
Kesadaran kadang menghantui malamku ketika mendengarkan lantunan ayat suci tuhanku. kadang juga air mata bisa menetes melingkari sekujur bola matku yang mulai memerah dimakan usia malam yang tidak pernah bisa memejamkan mata mengingat dosa yang sering kuperbuat dengan dosa yang sama. duh...? padahal orang baik adalah mereka yang tidak jatuh pada lubang yang sama. tapi aku dek.....? entahlah. mungkin hatiku telah buta? mungkin jiwaku yang sudah tidak bisa membaca situasi dan kondisi yang baik dan perubahan yang baik...?
aku tersesat karena ulahku. aku tersukur karena keboonganku. dek...? hidupmu masih jauh kedepan, gapaikan cita-citamu seolah dirimu masih buta terhadap ilmu. lihatlah keatas, pandang jauh kedepan dek, makin dirimu belajar makin membuatmu pingi mengetahui. maka ingatkah engkau dek kata Imam Al-Ghazali " makin banyak kita mempelajari dan mengkaji ilmu, makin membuat kita bodoh.". tau dek maksudnya. makin banyak kita belajar, membaca dan mengamalkan, makin membuat kita haus akan ilmu, berarti kita masih bodoh dek...?
Doakam Akhimu bisa merangkak mendekati ajaran Rabbku, Allah Ya Rabbi....
Aku rindu Padamu Ilahi
Tapi hatiku tidak suci
banyak menjahili kawn dan sanak saudara
aku bersimpuh padamu, memohon dan merindu...?

Jumat, 01 Juli 2011

Bungong Peununton

lempah tat sayang siekuntom bunggong
kahabeh keunong piasan donya
bak talo jalan teukem meukenong
luroh hai bungong kumbang peudoda

beungeh teusiram senja geusanjong
sayang tat untong bungong keupula
uroe ngen malam teuingat untong
Allah Po Ampon doa meupeuna

naleng seulingka habeh teupasong
supaya bungong rayeuk beusigra
oh meukar bungong kumbang peuarong
hoe taba untong seusak lam dada

wahee e bungong nyang tat teusanjong
gata beumeupom syariat agama
teulah oh dudoe han ek taranggong
sayang si kuntom hai aneuk bangsa