Angkuatan Umum berbadan kecil ( Labi-labi ) jurusan ulee
kareng siap berangkat menuju kepasar aceh. Para penumpang duduk rapi berjejeran
dengan bangku berhadapan. Kernet asik menghitung uang pecahan 1000 rupian yang
ada di tangannya untuk dirapikan. Labi-labi terus melaju melewati jembatan
peunayong.
Tiba-tiba penumpang ribut, kernetpun berusaha mendiamkan
mereka suapaya tidak bergaduh dalam mobil. Akan tetapi kernetpun mulai tau
perihal keributan didalam labi-labi.
“siapa yang kentut ini...?” tanya kernet labi-labi.
“ itulah dek, tidak ada yang mau mengaku.” Ujar seorang ibu
sambil menutup hidung.
“ Baunya seperti telur busuk!” jawab yang lain.
Kernepun mancari cara untuk bisa menemukan siapa yang
kentut, dia perhatikan penumpangsatu persatu. Tapi tetap tidak ada yang bisa
dia curigakan.
“ hoii.. mengaku saja tidak tahan ni..?” teriak seorang
pemuda dengan wajah sudah memerah. Pandangan penumpangpun tertuju kearahnya..
“ memang kamu tau siapa yang kentut..?.” celoteh seorang
bapak yang duduk persis di samping pemuda ini.
“ dari tadi juga kita mencari tau siapa yang buang angin,
tapi belum dapat. Apa dengan teriak dia akan mengaku.” Ujar sibapak bijaksana..
Labi-labipun memasuki terminal di kedah, para penumpang
mulai bersiap-siap untuk turun sambil memegang uang lima ribuan untuk ongkos.
“ Yang kentut belum bayar ni...?.” teriak kernet spontan.
“ saya sudah bayar barusan bang!.” Ujar seorang pemuda yang berteriak dalam
mobil tadi.
Semua mata menatap kearah si pemuda.
“ oh... Jadi kamu..” tanya sipenumpang yang lain, kebetulan
masih dekat dengan mobil.
Sipemuda berlalu sambil menahan rasa kesal kekernet dan rasa
malu..