Mengingat Masa Lalu 1 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 2 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 3 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 4 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 5 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Senin, 12 Desember 2011

Pantai Wisata Nagan Raya


Wisata nagan Raya mulai berdenyut. Perbatasan antara kabupaten Nagan Raya dengan Aceh Barat Telah dibangun Baguan raksasa PLTU aceh. Menaranya terlihat dari kota Moulaboh. Disamping itu, Nagan Raya juga sebagian kabupatennya adalah pesisir terdiri dari dua Kecamatan, Yaitu kecamatan Kuala Pesisir dan Kecamatan Tripa Makmur sebagai dua kecamatan yang baru dimekarkan.
Dikecamatan Tripa Mkamur Kususnya menjadi kecamatan yang penuh dengan panorama pantainya yang cukup indah dan asri. Munurut sebagian pengunjung yang datang dari berbagai kabupaten merasa sangat nyaman ketika berada di pantai yang dinamakan pantai Suwak Dama atau babah lueng dan juga Pantai TPI menurut sebagian pengunjung menyebutnya.
Pantai yang luas dan dipenuhi batang cemara ini dengan rumpat yang menghijau menjadi daya tarik bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Akan tetapi yang sangat disayangkan adalah tidak adanya Fasilitas dipantai ini, baik itu Musalla untuk tempat shalat maupun fasilitas yang lain berupa Wc, Sumur dan ruang istirahat. Selain itu lestrikpun belum menyentuh daerah pantai ini.
Kalau dilihat dari dekat, setiap hari minggu pantai ini dipenuhi oleh keluarga dan muda mudi sekedar untuk melepaskan kepenatan dan bercengkrama dengan keluarga sambil menyaksikan ombak dipantai. Warung yang berjejeran memudahkan bagi para pengunjung untuk menyantap kuliner dipanatai ini. Selain dipenuhi oleh para pendatang, mereka juga membawa pancingan untuk memancing di muara, danau kecil dan dilaut.
Anda ada perhatian dari pemerintah setempat. Maka pantai Babah lueng ini layak untuk dijadikan tempat rekreasi bagi keluarga dan para muda mudi untuk bersantai. Dan sangat layak untuk ditetapkan sebagai tempat wisata yang islami.

Kamis, 07 Juli 2011

Sesal Trus Menghantui

Tidak ada Kebahagiaan yang kudapati, setiap hari berlumuran dengan dosa. entah apa yang aku cari dalam hidup ini. keluh kesah terus membayangi dalam setiap langkah kakiku. wahai orang yang biasa menyemangatiku...? maafkan daku yang belum bisa memenuhi hasrat keinginanmu untuk patuh dan menjalani apa yang engkau anjurkan.

Dirimu baik jujur dan penuh perhatian. ucapanmu membuat aku ingin berubah, tapi nafsu dan kemalasan dan kebiaasaan telah menjadi teman dan kawan karibku dek. aku tau engkau terus menangis bila melihat diri ini masih terbalut dengan kemelut yang aku ciptakan sendiri.
Allah memang adil dek. allah tidak akan merubah suatu kaum, sebelum kaum itu merubah dirinya sendiri. begitu juga denganku dek. ingin berubah, tapi kenapa bisa ketempat itu lagi>>? kebawa kesana lagi...?
Aku malu pada diriku, padamu, pada ayah dan ibuku, pada orang-orang yang mengenalku.. malu lantaran kecerobahan dan ke maksiatan yang terus berlaku. walau orang lain tidak tau dek, termasuk dirimu, kecuali Allah dan para Malaikatnya.
Kesadaran kadang menghantui malamku ketika mendengarkan lantunan ayat suci tuhanku. kadang juga air mata bisa menetes melingkari sekujur bola matku yang mulai memerah dimakan usia malam yang tidak pernah bisa memejamkan mata mengingat dosa yang sering kuperbuat dengan dosa yang sama. duh...? padahal orang baik adalah mereka yang tidak jatuh pada lubang yang sama. tapi aku dek.....? entahlah. mungkin hatiku telah buta? mungkin jiwaku yang sudah tidak bisa membaca situasi dan kondisi yang baik dan perubahan yang baik...?
aku tersesat karena ulahku. aku tersukur karena keboonganku. dek...? hidupmu masih jauh kedepan, gapaikan cita-citamu seolah dirimu masih buta terhadap ilmu. lihatlah keatas, pandang jauh kedepan dek, makin dirimu belajar makin membuatmu pingi mengetahui. maka ingatkah engkau dek kata Imam Al-Ghazali " makin banyak kita mempelajari dan mengkaji ilmu, makin membuat kita bodoh.". tau dek maksudnya. makin banyak kita belajar, membaca dan mengamalkan, makin membuat kita haus akan ilmu, berarti kita masih bodoh dek...?
Doakam Akhimu bisa merangkak mendekati ajaran Rabbku, Allah Ya Rabbi....
Aku rindu Padamu Ilahi
Tapi hatiku tidak suci
banyak menjahili kawn dan sanak saudara
aku bersimpuh padamu, memohon dan merindu...?

Jumat, 01 Juli 2011

Bungong Peununton

lempah tat sayang siekuntom bunggong
kahabeh keunong piasan donya
bak talo jalan teukem meukenong
luroh hai bungong kumbang peudoda

beungeh teusiram senja geusanjong
sayang tat untong bungong keupula
uroe ngen malam teuingat untong
Allah Po Ampon doa meupeuna

naleng seulingka habeh teupasong
supaya bungong rayeuk beusigra
oh meukar bungong kumbang peuarong
hoe taba untong seusak lam dada

wahee e bungong nyang tat teusanjong
gata beumeupom syariat agama
teulah oh dudoe han ek taranggong
sayang si kuntom hai aneuk bangsa

Sabtu, 25 Juni 2011

KELUHKU UNTUKMU


Aku hanya menutur kata ditempat ini, sebagai tempat  keluh dan kesah dan tempat menyimpan kekesalan kesalahan dan dosa yang telah aku perbuat.. Aku tau selama ini bayak dosa yang telah aku perbuat kepada manusia yang dekat denganku. Terlebih kepada seorang adikku yang slalu membimbingku menju ke arah yang lebih baik
Adek.. Bukan akhe tidak berusaha dan menuruti apa yang adek sarankan, tapi jiwa akhe tidak menentu. Entah kenapa dek, persoalan terus melanda diri ini. Dosa terus ku perbuat bail sengaja maupun tidak sengaja, karena aku mulai jauh dari agama, akhe mulai berani meninggalkan shalat, mempermainkan orang lain.
Dek. Akhe mohon diperbanyak maaf. Kilafku memang kadang sengaja dan kadang tidak sengaja kepadamu, tidak ada maksudku menyakiti orang lain lebih-lebih diri adek. Engkau orang yang paling dekat denganku, engkau adek yang sejak kecil telah bersama dalam menempuh kehidupan di penjara suci ini.
Keluhku memang sangat banyak dan penuh dengan persoalan, kesalahn yang aku perbuat bukan karena orang lain, tapi karena diriku sendiri. Dalam jiwa ini masih ada kata dan harapan untuk berubah. Jiwa ini masih ada rasa untuk berubah kearah yang lebih baik. Tapi akhe tidak sanggup bila tidak ada yang yang menolong dan memotivasiku setiap saat dan menuntunku menuju jalan yang baik dan benar menurut agama ini..
Aku tidak tau lagi harus berbuat apa../? Kemalasanku untuk berbuat mulai berakar kuat membalut jiwaku dan mengikatku dengan kekuatan yang sangat sulit untuk aku putuskan dan lepaskan dari dorongan ini. Aku bagaikan orang yang tersest ditengah padang pasir, tidak tau arah menuju kemana, kehausanku mulai terasa, penolongku  mulai tiada. Aku terhempas sedangmatari trus menikuti seolah aku mau diadili. Keringat mulai bercucuran. Tapi hujan tidak bernah turun, ain makin menjauh langkah mulai goyang, mata makin memudar, kerongkongan mulai mencekik. Yang aku butuhkan hanyalah air dan makanan dek...? Untuk mempertahankan hidup mulai mencari kehidupan yang baru..?

Jumat, 24 Juni 2011

ADAP KEU GURE


Cipt. Ust Shefry Al-Drintijy

Bunda Ngen Ayah keulee Ngen Guree
               Ureung nyan Ban lee meubek tadet-det
Menunye na salah meu’ah talake
Peumeuyub ulee tacom Bak teu-et

Sayang di Gure Ureung peununton
Ureung yang peupom ileume keu gata
Ilme yang geujok tanyoe beumeupom
Beujet keukawom rasul mustafa

Peumelia Guree nibak awaipon
Meubek hai ampon gure ta ceula
Rayeuk tat pangkat kanibak rabbon
Allah peuampon seugala dosa

Bek tapeusaket hatee peununton
Gata geulambong dalam Neuraka
Meunye na salah talakee ampon
Allah ya rabbon sayang keugata

Iklas tat hate ilme geupeupom
Badanka ayong hana geukira
Demi keugata hai teungku ampon
Sabee geuarong iklas geumita

Hana geulakee intan meugulong
Yang penteng meupom ilmee agama
Akhlak beu manyang ileme beulambong
Allah yang tulong didalam donya

Di Rumah Allah Itu Aku Bersimpuh


Banyak cara yang bisa kita lakukan saat sedang mendapat ujian dan cobaan. setiap orang pastinya sudah punya caranya masing masing. sudah kita ketahui bersama jika permasalahan akan selalu datang silih berganti. dari masalah keluarga sampai masalah kerja.
selain silaturahim yang sudah saya tulis sebelumnya, ada cara lain yang paling sering saya lakukan. ketika ada masalah dengan riset saya, biasanya saya pergi ke mushola itu. sebuah mushola yang berada di lantai 11 sebuah gedung di kampus kami.
setelah ambil wudhu, saya sholat berjamaah jika emang itu waktu sholat. kalo bukan palingan sholat setelah wudhu atau langsung duduk saja. paling enak adalah jika itu waktu sholat.
akhir akhir ini saya tersusik dengan sebuah pertanyaan hati.
“sudahkan saya benar benar meminta kepada Allah dan hanya kepada Allah”
hati kecil saya menjawab….belum. yah itulah ternyata yang saya lakukan selama ini. saya hanya meminta sebagai sambilan saja. saya merasa jika saya belum menjawab pertanyaan diatas dengan ya.
sejak saat itu kucoba jadikan mushola itu tempat buat bersimpuh dan mengadukan semuanya kepada Allah. saya yakin kita kita sudah benar benar meminta kepada Allah dan hanya kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan kemudahan dan jawaban atas semua yang kita adukan.
kepada siapa lagi kita meminta dan mengadu ? adakah mahluk di dunia ini yang bisa mengabulkan apa yang kita inginkan ? saya yakin jawabanya tidak ada. Hanya Allahlah yang bisa mengabulkan semua permintaan kita. mari kita sering sering basahi lidah kita dengan doa berikut:

Ya Allah! Tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Sedang yang susah boleh Engkau jadikan mudah, apabila Engkau menghendakinya.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya no. 2427 (Mawaarid), Ibnus Sunni no. 351. Al-Hafizh berkata: Hadits di atas sahih, dan dinyatakan shahih pula oleh Abdul Qadir Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Adzkar oleh Imam An-Nawawi, h. 106)

CARA MENULIS BERITA YANG BAIK


Kamu mau jadi wartawan? Hmm… siap-siaplah melaporkan suatu peristiwa dalam sebuah tulisan. Nah, berita yang baik dan efektif adalah irit dalam gerak. Nggak bertele-tele. Juga tangkas dalam kejutan. Udah gitu, simple dan elok lagi. Itu sebabnya, kalo kamu baca tulisan-tulisan bernuansa berita enak banget dibacanya. Kita langsung nyambung dengan apa yang diinginkan si penulis berita. Cepat alurnya. Beda banget dengan tulisan fiksi yang, memang kelihatannya, kudu memainkan kata-kata dengan bertabur kiasan dan pilihan kata yang membuat pembacanya larut dalam nuansa sastra.
Oke deh, saya kasih tip sedikit tentang menulis berita. Ini saya buat sesuai dengan teori yang selama ini saya ketahui dan praktik yang memang telah saya lakukan. Sudah mantap pengen jadi wartawan? Bagus! Tapi jangan salah, kamu kudu punya ‘pegangan’ supaya tulisan beritamu oke punya. Paling nggak kamu kudu mengetahui beberapa hal, di antaranya:
1. Informasi. Yup, informasi, bukan bahasa. Informasi adalah batu-bata penyusun berita yang yang efektif. Tanpa informasi, walah jangan harap kamu bisa menulis berita itu dengan baik. Jangankan nggak punya informasi, informasinya nggak lengkap saja bakalan kewalahan bikin beritanya. Pokoknya, ada yang ganjal saja, karena tulisan jadi kurang menggigit. “Prosa adalah arsitektur, bukan dekorasi interior,” kata Ernest Hemingway. Untuk bisa menulis prosa yang efektif, pertama kali kamu kudu mengumpulkan kepingan informasi serta detil konkret yang spesifik dan akurat. Oke, kalo mau jadi wartawan, biasakan getol nyari berita. Jangan tanggung-tanggung, gali terus informasi sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. Oke? (tip khusus tentang ini, kamu bisa tengok lagi pada bab tentang “Jadi Peneliti Kecil-kecilan”).
2. Siginifikansi. Maksudnya, berita kudu memiliki informasi penting; yakni memberi dampak pada pembaca. Misalnya aja, penulisnya mengingatkan pembaca kepada sesuatu yang mengancam kehidupan mereka. Contohnya? Menulis tentang kesehatan seperti tentang kasus SARS yang kian menggila belakangan ini, juga tentang kemakmuran dan kesadaran mereka akan nilai-nilai. Misalnya nilai ajaran agama. Sebagai wartawan, kamu kudu memberikan infromasi yang ingin dan penting diketahui pembaca. Nah, supaya oke, kamu kudu meletakkan informasi itu dalam sebuah sudut pandang yang berdimensi; mengisahkan apa yang telah, sedang dan akan terjadi. Kalo kamu menulis berita tentang bahaya narkoba, maka bisa ditulis berita tentang korban narkoba di masa lalu, saat ini, dan bahaya yang mengancam jika masalah narkoba nggak selesai. Kira-kira begitu deh.
3. Fokus. Betul, kegagalan seorang penulis berita adalah ketika menyampaikan berita secara sporadis, alias semrawut. Nggak fokus. Berita yang sukses dan oke biasnya justru pendek, terbatasi secara tegas dan sangat fokus. “Less is more,” kata Hemingway. Oke banget kan? Itu sebabnya, tulisan yang ringkas memberi kesan tangkas dan penuh vitalitas, tanpa kata yang tak perlu dalam kalimatnya dan tanpa kalimat yang tak perlu dalam paragrafnya.
Tulisan yang ringkas nggak ubahnya sebuah lukisan yang tegas (tanpa garis yang tak perlu) atau mesin yang efektif (tanpa suku cadang yang nggak berfungsi). Semua tulisan itu layak en sayang banget kalo dilewatkan dalam membacanya. Jadi, luruskan apa saja yang berliku-liku. Gergaji deh apa yang terasa bergerigi. Berperanglah melawan kekaburan, sebab pernyataan yang abstrak adalah racun maut bagi seorang penulis. Hati-hati yo… Jadi, tulisan yang baik hanya mengatakan satu hal. Mereka mengisahkan seorang serdadu atau seorang korban, bukan pertempuran. “Don’t were about Man, write about a man,” kata Elwyn Brooks White, seorang humoris Amrik. Untuk membantu kamu memahami ini, silakan silakan baca kembali tentang bab “Hemat Kata”, dan “Kerangka Karangan”. Oke?
4. Konteks. Walah, apa pula ini maksudnya? Tenang sobat, kamu lagi belajar tentang konseo menulis berita yang oke. Begini. Tulisan yang efektif mampu meletakkan informasi pada perspektif yang tepat sehingga pembaca tahu dari mana kisah berawal dan ke mana mengalir, serta seberapa jauh dampaknya. Sobat muda muslim, tugas seorang penulis adalah membuat sesuatu informasi yang dikumpulkan dan dilaporkan menjadi jelas bagi pembaca. Ketidakmampuan menekankan kejelasan adalah kegagalan seorang penulis. Bagian-bagian yang rumit pecahlah dalam serpihan yang mudah dicerna. Gunakan contoh: seseorang untuk mewakili sebuah kelompok atau penduduk desa. Sebuah contoh seringkali menghadirkan suasana secara dramatis dan hidup. “Kematian 10000 ribu orang adalah statistik, tapi kematian satu orang adalah tragedi,” kata Josep Stalin.
Jadi gambarkan sebuah topik melalui ungkapan yang mudah dipahami pembaca.
Misalnya kalo kamu akan menuliskan tentang strategi militer, bisa kamu gambarkan tentang pertandingan sepakbola. Rencana keuangan perusahaan dapat digambarkan melalui rencana anggaran OSIS, misalnya. Pokoknya sesederhana mungkin, yang tujuannya adalah untuk memudahkan pembaca memahami tulisan kita.
5. Wajah. Di dunia jurnalistik berkembang ‘pameo’, seorang fotografer tahu bahwa gambar yang tidak menyertakan unsur kehidupan (manusia dan binatang) hanya akan berakhir di keranjang sampah. Nah, begitu pula dengan tulisan. Jurnalisme itu menyajikan gagasan dan peristiwa; tren sosial, penemuan ilmiah, opini hukum, perkembangan ekonomi, krisis internasional, tragedi kemanusiaan, dinamika agama, dsb. Tulisan yang disajikan itu berupaya mengenalkan pembaca kepada orang-orang yang menciptakan gagasan dan menggerakkan peristiwa. Atau menghadirkan orang-orang yang terpengaruh oleh gagasan dan peristiwa itu. Inilah yang saya maksud tulisan jusrnalistik itu harus ‘berwajah’.
Tulisan akan efektif banget jika kamu mampu ngambil jarak dan membiarkan
pembacanya bertemu, berkenalan serta mendengar sendiri gagasan/informasi/perasaan dari manusia-manusia di dalamnya, “Don’t say the old lady screamed-bring her on and let her scream,” kata Mark Twain, seorang jurnalis dan noveli pengarang The Adventure of Tom Sawyer.
Sobat muda muslim, yakinlah bahwa manusia itu suka membaca tulisan tentang manusia lainnya. Bahkan kalo nggak ada unsur manusia, misalnya kita berbicara tentang mesin, kita kadang-kadang kudu membuat personifikasi, alias perumpamaan. Ya, kalo kamu nyimak iklan di televisi belakangan ini tentang minyak pelumas, iklannya merasa kudu pake David Beckham. Ujungnya, “Kalo pengen lari secepet Beckham, pakailah…. (nama sebuah minya pelumas)” Ya, itulah manusia. Kamu kudu ngeh, oke?
6. Lokasi/Tempat. Sobat muda, pembaca menyukai banget “sense of place”. Kamu bisa membuat tulisan jadi lebih hidup jika menyusupkan “sense of place”. Bener lho. Misalnya aja kamu tulisan seperti apa lokasi tempat terjadinya pembunuhan, bagaimana suasana di balik panggung pertunjukkan, bisa juga kamu gambarkan tentang suasana jalannya pertandingan sepakbola yang menegangkan saat kedua klub itu bermain hidup-mati untuk mengejar gelar juara atau menghindari jurang degdradasi. Seru deh.
Misalnya aja terjadi sebuah kecelakaan mobil yang masuk jurang. Kamu bisa
menuliskannya dengan detil, seperti berapa kedalaman jurang, di sana ada air atau Cuma batu-batu besar eksplor terus biar terkesan dramatis. Kamera televisi itu bisa menampilkan pemandangan yang sesungguhnya, dalam warna dan detil. Nah, penulis tentu agak kesulitan untuk menggambrkan itu. Maka, ia harus bekerja keras untuk bisa melukiskan tempat itu di pikiran pembaca. Karena, adakalanya tempat kejadian itu nggak pernah diketahui sebelumnya oleh beberapa pembaca. Intinya, kita berupaya untuk menyentuh indera pembaca. Membuat mereka melihat cerita dalam detil visual yang kuat–dan juga dalam konteks yang tepat–membuat mereka mendengar, meraba, merasakan, membaui, dan mengalaminya. Kamu pasti bisa membuatnya. Coba yaa..
7. Suara. Sobat, kita nggak boleh lupam, bahkan dalam abad komunikasi massa seperti sekarang, kegiatan membaca tetap saja bersifat pribadi; yakni seorang penulis bertutur kepada seorang pembaca. Tulisan akan mudah diingat jika mampu menciptakan ilusi bahwa seorang penulis tengah bertutur kepada seorang pembacanya. Jadi, gunakan kalimat aktif. Bila perlu berbau percakapan.
Media massa cetak yang baik tak ubahnya seperti pendongeng yang memukau.
Bukan pendongeng yang gagap. Nah, kata kerja adalah mesin pendorong sebauh cerita. Itu sebabnya, gunakan kata kerja aktif ketimbang yang pasif. Penulis berita ‘wajib’ merasa gagal saat menggunakan kata sifat, ketika tak bisa menemukan kata kerja yang benar atau kata benda yang benar. Ya, intinya, tulisan itu kudu enjoy untuk dibaca.
Penulis yang baik juga mampu menghadirkan warna suara yang konsisten ke selruuh cerita, tapi menganekaragmkan volume dan ritme untuk memberi suara tekanan pada makna (dengan memberikan variasi pada panjang-pendek alinea, kalimat dan kata). Oke deh, gampangnya kamu bisa membaca berita di koran-koran or majalah-majalah. Rasakan sendiri bedanya. Oke?
8. Anekdot dan Kutipan. Kamu perlu paham bahwa anekdot, sebuah kutipan, sebuah dialog pendek, atau sebuah deskripsi dapat mengubah irama di mana pembaca bisa terikat sepanjang cerita dan membuat tulisan itu lebih hidup. Untuk menggambarkan istilah ini, ibarat pertandingan sepakbola. Kalo ada playmaker yang handal dalam tim itu, ia pandai mengatur irama permainan, kapan menyerang, kapan bertahan, kapang juga menekan dengan umpan-umpan pendek dari kaki ke kaki, atau bisa juga menyusun serangan dari sayap. Pokoknya, membuat permainan enak ditonton.
Anekdot adalah sebuah kepingan kisah singkat antara satu hingga lima alinea-
“cerita dalam cerita”. Anekdot umumnya menggunakan seluruh teknik dasar penulisan fiksi; narasi, karakterisasi, dialog, suasana. Semua itu dibuat dengan tujuan untuk mengajak pembaca melihat cerita dalam detil visual yang kuat. Kata orang-orang sih, anekdot sering dianggap sebagai ‘permata’ dalam cerita.
Kutipan dalam tulisan berita memberikan otoritas. Siapa yang mengatakannya? Seberapa dekat keterlibatannya dengan suatu peristiwa dan masalah? Apakah kata-katanya patut didengar? Kutipan juga memberikan vitalitas karena membiarkan pembaca mendegar suara lain selain si penulis. Oya, kamu kudu hati-hati untuk tidak terlalu banyak mengutip atau terlalu sedikit mengutip. Ya, yang sedang-sedang saja. Iya dong, kalo kebanyakan mengutip, kapan kamu nulisnya? Atau terlalu sedikit, malah banak pendapat kamu nati di situ. Padahal, berita itu kan harus objektif. Katanya sih begitu. Meski fakta yang berkembang saat ini tentang berita jadi suka bias. Bahkan kesannya udah ditempeli dengan opini si penulis berita. Istilah kerennya, berita sekarang adalah “realitas tangan kedua”, alias udah disaring sesuai dengan keingian si penulis atau visi media tersebut.
Oke deh, ini sekadar sekilas tip. Menulis berita juga adalah komoditi dari menulis itu sendiri. Itu sebabnya, kamu bisa menggabungkan seluruh tip yang pernah kamu pelajari dan menggabungkannya dengan tip khusus menulis berita itu. Oke deh, udah sekarang udah siap kan jadi wartawan. Ya, minimal jadi wartawan cilik. He…he..he.. tetap semangat sobat![O. Solihin]













ena poros online

23 December 2007

Teknik Wawancara dan Menulis Berita

Filed under: teknik penulisan — penaonline @ 12:47 am
Teknik Wawancara dan Menulis Berita
Oleh : Mulyadi
Yang dimaksud berita dari segi pendekatan jurnalistik  ialah peristiwa yang telah dimuat dalam suatu media cetak, atau disiarkan lewat radio atau televisi.
Mengapa orang membaca berita? Tentu bukan sekedar ingin mengisi waktu luang. Orang membaca berita karena ingin mengetahui perkembangan situasi lingkungan sekitarya.
Kriteria Kelayakan Berita
Apakah semua peristiwa layak dijadikan berita? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi berita, antara lain:
1.      Penting. Pengesahan RUU Sisdiknas adalah penting, karena menyangkut kepentingan rakyat banyak, yang menjadi pembaca media bersangkutan. Maka layak jadi berita. Ini juga relatif tergantung dari khalayak pembaca yang dituju. Isu Amien Rais menjadi calon presiden tentu penting untuk dimuat di Harian Republika, tetapi kurang penting dimuat di Majalah Gadis, karena khalayak pembacanya berbeda.
2.      Baru terjadi, bukan peristiwa lama. Peristiwa yang telah terjadi pada 10 tahun yang lalu jelas tidak bisa jadi berita.
3.      Unik, bukan sesuatu yang biasa. Seorang mahasiswa yang kuliah tiap hari adalah peristiwa biasa. Tetapi jika mahasiswa berkelahi dengan dosen di dalam ruang kuliah, itu luar biasa.
4.      Asas keterkenalan. Kalau mobil anda ditabrak mobil lain, tidak pantas jadi berita. Tetapi kalau mobil yang ditumpangi putri Diana ditabrak mobil lain, itu jadi berita dunia.
5.      Asas kedekatan. Asas kedekatan ini bisa diukur secara geografis maupun kedekatan emosial. Banjir di Cina yang telah menghanyutkan ratusan orang, masih kalah nilai beritanya dibandingkan banjir yang melanda Jakarta, karena lebih dekat dengan kita.
6.      Magnitude (dampak dari suatu peristiwa). Demonstrasi yang dilakukan oleh 10.000 mahasiswa tentu lebih besar magnitudenya dibanding demonstrasi oleh 100 mahasiswa.
7.      Trend. Sesuatu bisa menjadi berita ketika menjadi kecenderungan yang meluas dimasyarakat. Misalnya, sekarang orang mudah marah dan mudah membunuh pelaku kejahatan kecil (pencuri, pencopet) dengan cara dibakar hidup-hidup.
Teknik Wawancara
Berita sebagai produk jurnalistik hanya bisa lahir dari fakta-fakta yang ada di masyarakat. Dan di balik fakta-fakta itu tentu ada aktornya. Untuk kelahiran sebuah produk jurnalistik yang sehat, jurnalis harus mampu membuat si aktor bicara. Cara efektif untuk itu, tidak ada lain, kecuali dengan jalan melakukan wawancara.
Dalam aktifitas jurnalistik, sebuah wawancara sudah barang tentu memerlukan berbagai sentuhan  teknik dalam aplikasinya. Dan berbicara ikhwal teknik wawancara, tentu saja kita  akan berhadapan dengan sesuatu yang dinamis bahkan progresif dan juga fleksibel. Artinya, teknik wawancara itu bukan merupakan sesuatu yang musti baku, kaku, apalagi sakral. Teknik itu berkembang  secara dinamis seiring dengan perkembangan masyarakat. Karenanya, para jurnalis juga dituntuk untuk senantiasa memberdayakan diri sesuai tuntutan jaman.
Terpenuhinya prinsip-prinsip keberimbangan bagi sebuah berita, hanya bisa ditempuh dengan wawancara. Dan sekali lagi, hanya dengan wawancara, maka berita sebagai hasil karya jurnalistik akan memiliki daya hidup sekaligus bisa dipertanggungjawabkan. Sebab, dengan wawancara, fakta-fakta dari masyarakat yang dihimpun wartawan akan terekonstruksi dengan baik.
Namun, Wartawan tidak boleh mengabaikan anatomi persoalan yang terkait dengan temuan fakta-fakta tersebut di lapangan. Dan untuk persoalan-persoalan tertentu, Wartawan wajib  memetakannya. Penyiapan anatomi  persoalan itu bahkan merupakan langkah awal sebelum berlangsungnya sebuah wawancara. Bermutu tidaknya sebuah wawancara, biasanya justru lebih banyak ditentukan oleh hal  tersebut. Misalnya, seorang Wartawan  ingin mengetahui secara detail tentang posisi, peran dan sumbangan intelektual dalam mendorong demokrasi  di Indonesia, maka Wartawan harus mampu menggambarkan  bagaimana kaum intelektual Indonesia mengembangkan wacana yang beragam atas wacana  resmi  Orde Baru di sekitar tema-tema pokok “Pembangunan”, “Dwi fungsi”, “Demokrasi Pancasila”,”Persatuan dan kesatuan” serta  “Sara”. Itu yang penting !.
Dari sana akan bisa dibuat kategori-kategori  intelektual Indonesia. Dan mungkin saja akan segera terpetakan adanya  intelektual  ortodoks, revisionis dan mungkin oposisionis. Secara demikian, setidaknya telah tercipta sarana pemahaman baru yang lebih memadai tentang intelektual Indonesia.
Untuk sampai pada pemahaman itu, seorang Wartawan harus memiliki referensi cukup tentang berbagai bidang yang diminati. Jadi, wawancara seorang jurnalis hanya akan sukses dan bermutu, manakala ia telah memiliki kesiapan seperti dimaksud. Namun, yang justru tampak rumit,  adalah aktifitas di balik teknik wawancara itu.
Adapun teknik wawancara bisa dikelompokkan menjadi dua (2) bagian.
1.            Teknik verbal yang betul-betul memerlukan alat bantu hard ware  yang diperlukan.
2.            Teknik substansial – teknik yang terkait dengan kemampuan jurnalis dari segi ketajaman nuraninya dalam menentukan pilihan tema, tempat dan saat yang tepat bagi berlangsungnya sebuah wawancara. Disini perlu adanya ketajaman analisis sosial.
Itulah pentingnya seorang Wartawan menguasai materi yang hendak diwawancarakannya terhadap narasumber. Hanya dengan cara seperti itu, ia mampu memperoleh informasi banyak dan akurat serta signifikan.
Konkritnya, beberapa hal dibawah ini bolehlah dianggap sebagai tip untuk menunjang suksesnya sebuah wawancara.
1.            Wartawan harus memakai kalimat tanya yang bisa membuahkan jawaban obyektif.
2.            Pertanyaan harus selalu diusahakan dengan menggunakan kalimat pendek dan mudah dimengerti.
3.            Tidak boleh segan-segan mengajukan pertanyaan ulang atas hal-hal yang belum jelas untuk dimengerti.
4.            Tahu momentum yang tepat. Juga tahu apa yang layak dan tidak layak untuk ditanyakan, sekaligus cara bertanya yang pas.
5.            Jauhi pertanyaan yang bernada menggurui.
6.            Hindari gaya interogasi.
7.            Hindari pertanyaan yang sifatnya mencari legitimasi dari frame pemikiran  yang sebetulnya sudah dimiliki.
8.            Hindari pertanyaan yang bersifat menguji nara sumber.
9.            Tumbuhkan sifat empaty dalam wawancara.
10.        Untuk hal-hal yang spesifik, wartawan perlu terlebih dahulu memaparkan persoalan yang hendak dimintakan pendapat dari nara sumber.
11.        Hindari kalimat tanya yang bersifat mengadu domba.
12.        Buat pertanyaan yang mampu menggugah daya nalar, ingatan serta perspektif  nara sumber.
Ke dua belas tips itu, mungkin akan menjadi jaminan suksesnya sebuah wawancara. Tetapi, mungkin juga takkan berguna apa-apa, jika tidak diimbangi dengan kemampuan jurnalistik individu yang mengoperasikannya. Karena itu pula, seorang jurnalis ”haram” mendatangi nara sumber dengan kepala kosong.
Persiapan Wawancara
Ada beberapa persiapan yang harus anda lakukan sebelum melakukan wawancara, diantaranya:
  1. Penentuan tema. Mengapa suatu tema harus diangkat? Kenapa harus sekarang? Pertama-tama tanyakan pada diri anda sendiri – mengapa kasus dibawakan sekarang? Dari awal harus sudah jelas peran apa yang akan anda bawakan – informasi apa yang anda mau dari narasumber, apakah perspektifnya, dimana mereka akan anda posisikan.
  2. menentukan Angle. Angle atau sudut pandang sebuah berita ini dibikin untuk membantu tulisan supaya terfokus. Kita tidak mungkin menulis seluruh laporan tentang apa yang kita lihat, atau menulis seluruh uraian yang disampaikan oleh narasumber. Tulisan yang tidak terfokus hanyalah akan membingungkan pembaca. Untk mebentukan angle salah satu cara yang termudah adalah membuat sebuah [pertanyaan tunggal tentang apa yang mau kita tulis. Jawaban pertanyaan tidak boleh melebar kemana-mana. Hal-hal yang tidak relevan dengan angle sebaiknya tidak ditanyakan. Jika ada informasi lain yang disampaikan maka bisa dibuat judul lain. Atau informasi yang sangat penting tersebut tidak cukup untuk dibuat dalam berita tersendiri, maka bikinlah sub judul.
  3. Susunlah outline. Agar memudahkan dalam wawancara maka sebaiknya anda menyusun kerangka berita (outline) atau istilah yang lebih lazim flowchart. Outline berisi antara lain:
    1. Tema berita
    2. Angle
    3. Latar belakang masalah
    4. Narasumber
    5. Daftar pertanyaan 
 Mengumpulkan Informasi dengan Tepat
Ketidak akuratan (kesalahan) dalam pemberitaan kebanyakan disebabkan oleh kelalaian (kesembronoan) yang tidak disengaja. Seorang reporter mungkin tidak menggunakan waktu secukupnya untuk mengecek informasinya sebelum menulis berita. Kemudian ia salah menuliskan nara sumber berita.
Seorang wartawan kawakan akan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari kesalahan fakta:
  1. Bila anda mewawancarai seseorang, tanyakan nama, umur, alamat, dan nomor teleponnya. Setelah mengumpulkan informasi, ejalah namanya dan bacakan informasi yang anda peroleh (tangkap) sehingga sumber berita bisa mengoreksinya. Nomor telepon tidak ditulis dalam berita, namun reporter harus mengetahuinya untuk mengadakan kontak dengan sumber berita tersebut.
  2. Bila informasi nara sumber anda peroleh dari tangan kedua, harap dicek pada sumber berita untuk membetulkannya.
  3. Jangan sekali-kali beranggapan bahwa bahwa anda mengetahui semuanya. Anda selalu harus mengecek ulang setiap informasi yang penting.
  4. Bila tulisan anda menyangkut materi yang rumit, pastikanlah dulu bahwa anda mengetahui hal itu.
Umumnya seorang wartawan mengambil peranan sebagai seorang pembaca kebanyakan, dan megajukan pertanyaan sesuai dengan posisi itu.
  1. Bila menggunakan statistik atau data matematis, reporter harus mengecek angka-angkanya dan menghitung. Banyak wartawan yang berdalih bermacam-macam bila seorag pembaca yang kritis mengirim surat ke redaksi dan menunjukkan perhitungan yang keliru dalam tulisan wartawan.
Statistik harus dicermati benar dengan penuh kecurigaan. Anda bisa membuktikan apa saja dengan statistik, tergantung bagaimana cara anda menyajikannya dan apa saja yang anda masukkan atau tinggalkan. Tanyakanlah kepada sumber secara cermat untuk meyakinkan kebenaran angka-angka tersebut.
Seorang reporter tidak boleh membiarkan dirinya menjadi alat untuk menipu masyarakat. Kekritisan dan pengecekan yang teliti sering bisa menghindarkan hal it terjadi.

Teknik Penulisan Berita
Setelah mendapat informasi dari lapangan, maka tugas reporter selanjutnya adalah menyampaikan informasi tersebut kepada pembaca secara cepat, jelas, dan akurat.
Unsur-Unsur Suatu Berita
Berita yang baik umumnya harus memenuhi unsur: 5 W + 1 H
Yakni: (Who, What, Where, When, Why) + How
Atau : (Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa) + Bagaimana
Kriteria Khusus:
  1. kebijakan redaksional/misi media. Masing-masing media memiliki kebijakan redaksional dan misi yang berbeda.
  2. Pendekatan keamanan (ancaman pembredelan, dan sebagainya). Berita yang mengkritik keras korupsi dan kolusi antara penguasa dan pengusaha bisa berujung pada pembredelan atau teguran terhadap media yang bersangkutan. Atau bisa memakan korban wartawan media itu sendiri, seperti kasus yang menyebabkan terbunuhnya wartwan Bernas, Fuad Muhammad Syafruddin.
  3. kepekaan masyarakat pembaca dan kemungkinan dampak negatif berita terhadap pembaca. Misalnya untuk isu-isu yang menyangkut SARA (suku, Agama, Ras, dan antar golongan). Atau bisa menyinggung perasaan atau martabat pembaca.
Beberapa Macam Berita:
Dari segi sifatnya, kita kenal dua macam: Hard News dan Soft News.
Hard News/Straight Newsberita yang lugas, singkat, langsung kepokok persoalan dan fakta-faktanya. Biasanyaharus memenuhi unsur 5W+1H secara ketat dan harus cepat-cepat dimuat, karena terlamba sedikit bisa basi. Istilah Hard News lebih mengacu pada isi berita, sedangkan istilah Straight News lebih mengacu pada cara penulisannya (struktur penulisanya).
Soft News: beritayang dari segi struktur penulisannya relatif lebih luwes, dan dari segi isi tidak terlalu berat. Soft news umumnyatidak terlalu lugas, tidak kaku, atau ketat khususnya dalam soal waktunya. Misalnya tulisan untuk menggambarkan kesulitan yang dihadapi rakyat kecil akibat krisis ekonomi. Selama krisis ekonomi masih berlanjut, berita itu bisa diturunkan kapan saja. Biasanya lebih banyak mengangkat aspek kemanusiaan (human interest).
Dari segi bentuknya, soft news masih bisa kita perinci lagi menjadi dua: News Features dan Feature. Feature adalah teknik penulisan yang khas berbentuk luwes, tahan lama, menarik, strukturnya tidak kaku, dan biasanya megangkat aspek kemanusiaan. Pada hakekatnya penulisan feature adalah seorang yang berkisah. Ia melukis gambar dengan kata-kata, ia menghidupkan imajinasi pembaca, ia menarik pembaca kedalam cerita dengan mengidentififkasikan diri dengan tokoh utama. Panjang tulisan feature bervariasi dan boleh ditulis seberapa panjang pun, sejauh masih menarik.
Sedangkan News Feature adalah Feature yang mengandung unsur berita. Misalnya tulisan yang menggambarkan peristiwa penangkapan Tommy Suharto oleh polisi, yang diawali dengan penyadapan telepon dengan bantuan Roy Suryo seorang pakar Multimedia dan Komunikasi, pembongkaran ruang bawah tanah, sampai proses tertangkapnya disajikan secara seru, menarik, dan dramatis. Seperti menonton film saja.
Struktur Penulisan Berita
Hard news/straight news biasanya ditulis dalam bentuk struktur “piramida terbalik” yakni inti berita ditulis pada bagian paling awal, dan hal-hal yang tidak penting ditulis belakangan.
Soft news, News Feature dan Feature ditulis dengan gaya yang tidak kaku. Hal-hal yang penting bisa ditulis di bagian awal, namun juga tidak mutlak. Yang pening tetap menarik untuk dibaca. Lebih jauh mengenai teknik penulisan Feature akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
Penulisan Judul
Judul merupakan inti dari teras berita. Judul harus jelas, mudah dimengerti dengan sekali baca dan menarik, sehingga mendorong pembaca untuk mengetahui lebih lanjut isi tulisan. Selain itu judul juga harus menggigit, perlu kejelasan makna asosiatif setiap unsur Subyek, Obyek, dan Keterangan.
Panjang judul maksimal dua baris terdiri atas empat hingga enam kata. Bila panjang judul satu baris, maksimal terdiri atas lima kata. Untuk judul berita utama maksimal lima kata.
Semua kata di dalam judul dimulai dengan huruf besar, kecuali kata sambung seperti dan, di, yang, bila, dalam, pada, oleh, dan kata tugas lainnya yang ditentukan redaksi.
Penulisan judul tidak boleh dimulai dengan angka. Hindari penggunaan singkatan yang tidak populer. Judul bersifat tenang dan tidak bombastis.




















Ayo Bangkit


Hari ini tanggal 28 oktober 2010 bangsa kita memperingati hari sumpah pemuda. sambil mendengarkan presentasi temen yang saya tidak faham tentang apa, saya iseng bermain main angka 28-10-2008. pertama saya coba jumlahkan hari, bulan, tahun dengan nilai maksimum 10. hari, 2+8=10; bulan karena sudah sepuluh saya biarkan saja. tahun 2+0+0+8=10. ternyata baik hari,bulan, maupun tahun menuju ke angka 10. saya bisa sebut sebagai angka kesempurnaan. nilai 10 biasanya menjadi nilai tertinggi di buku rapot. so, hari ini 28-10-2008 merupakan hari yang sangat istimewa karena merupakan hari kesempurnaan.
setelah itu, hari, bulan, dan tahun yang sekarang sama sama bernilai 10 kita coba jumlahkan lagi. 1+0=1. sekarang hari, bulan, dan tahun menunjuk ke angka 1. saya saya senang ketika dulu sekolah menjadi rangking 1 di kelas. angka ini saya simbolkan dengan kejayaan.
dari hitung-hitungan ala herianto ini dan dengan mengucap kata “Bismillah”, saya bertekad untuk menjadikan hari ini 28-10-2008 sebagai hari kebangkitan bagi saya pribadi dan keluarga. saya dan keluarga ingin menjadikan hari ini sebagai momentum dalam mencapai kesuksesan dunia dan akherat. kami ingin hari yang saya simbolkan dengan kesempurnaan dan kejayaan sebagai titik awal menuju kebahagiaan dunia dan akherat.
mari kita jadikan momentum ini sebagai kebangkitan diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan dunia.
  • kalau bukan dari diri, trus dari mana ?
  • kalo bukan dari sekarang, trus kapan ?
wassalamualaikum

Kehidupan Akhirat


Perinsip iman kepada kehidupan abadi akhirat merupakan salah satu poin penting dalam konsepsi Islam tentang kosmos (alam semesta) dan merupakan ajaran dasar Islam. Iman kepada akhirat merupakan syarat mutlak untuk menjadi Muslim. Tidak beriman kepada akhirat berarti bukan Muslim.

Setelah syahadat (pengakuan akan monoteisme), iman kepada akhirat merupakan ajaran paling penting yang disampaikan semua nabi tanpa kecuali. Para teolog akademis Islam menyebutnya ajaran Kebangkitan.

Dalam Al-Qur'an terdapat ratusan ayat mengenai Hari Pengadilan, kehidupan setelah mad, bangkit dari kematian, buku amal, surga, neraka, keabadian akhirat dan soal-soal lain yang berkaitan dengan alam setelah kematian. Dalam dua belas ayat, iman kepada Hari Terakhir secara formal disebut setelah iman kepada Allah SWT.

Al-Qur'an menggunakan beragam ungkapan untuk menunjukkan Hari Kebangkitan. Satu persatu ungkapan ini penuh dengan makna irfan. Hari Terakhir merupakan salah satunya. Dengan menggunakan ungkapan ini Al-Qur'an ingin kita memperhatikan dua poin:

Bahwa kehidupan manusia, dan sungguh sepanjang waktu eksistensi dunia, dibagi menjadi dua periode. Masing-masing periode dapat disebut hari. Hari Pertama (periode durasi dunia ini) akan berakhir, namun Hari Terakhir (periode durasi akhirat) tak ada akhirnya. Al-Qur'an menyebut kehidupan dunia ini hari pertama dan menyebut kehidupan akhirat hari terakhir. (lihat QS. al-Lail: 3 dan adh-Dhuhâ: 4)

Bahwa sekarang pun ketika kita masih berada dalam periode pertama dan belum mencapai periode kedua dan hari kedua, sukses dan keselamatan kita selama hari ini maupun hari itu tergantung pada iman kita. Dengan iman, kita lalu memperhatikan amal baik dan reaksinya. Kita harus mengerti bahwa seperti kita, pikiran kita, perbuatan kita dan kebiasaan kita juga, dari yang paling kecil sampai yang paling besar, ada hari pertama dan hari terakhirnya. Kata dan perbuatan kita selama hari pertama tidak sirna, melainkan terus eksis dan akan dimintai pertanggung jawaban pada Hari Pengadilan. Karena itu kita harus berusaha keras agar diri kita, perbuatan kita dan niat kita lurus, agar kita tidak berpikir serta berbuat buruk. Jadi kita harus selalu melangkah ke depan dengan taat hukum dan perilaku yang baik, karena pada iman kita bergantung kebahagiaan kita di hari itu, Perilaku manusia di dunia inilah yang membuat hidupnya di akhirat bahagia atau sengsara. Itulah sebabnya Al-Qur'an memandang iman kepada akhirat atau Hari Terakhir sebagai syarat mutlak kebahagiaan manusia.
Sumber Iman kepada Kehidupan Akhirat

Sumber pokok iman kepada kehidupan abadi akhirat adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada umat manusia melalui para nabi. Setelah mengakui Allah, beriman kepada kebenaran para nabi dan mengetahui dengan pasti bahwa apa yang disampaikan para nabi memang berasal dari Allah SWT dan karena itu benar, lalu manusia beriman kepada Hari Kebangkitan dan kehidupan abadi akhirat. Prinsip keyakinan religius ini digambarkan oleh para nabi sebagai ajaran terpenting setelah tauhid.

Dengan begitu, derajat iman seseorang kepada kehidupan akhirat tergantung, di satu pihak, pada derajat imannya kepada Kenabian dan kebenaran para nabi, dan di pihak lain, pada derajat kebenaran dan rasionalitas konsepsinya mengenai akhirat, dan keterbebasannya dari pikiran-pikiran kotor dan bodoh.

Selain wahyu Allah SWT yang disampaikan oleh para nabi, ada beberapa metode lain untuk beriman kepada akhirat. Melalui upaya intelektual dan ilmiah, manusia dapat melihat, setidak-tidaknya, beberapa indikasi kuat yang mendukung apa yang dikatakan para nabi tentang akhirat. Metode-metode ini adalah:

(i) dengan jalan mengenal Allah SWT; (ii) dengan jalan mengenal dunia; (iii) dengan jalan mengenal roh dan mentalitas manusia. Untuk saat ini kami tak akan membahas metode-metode ini yang memerlukan deretan panjang argumen filosofis dan ilmiah. Kami hanya akan membahas metode Kenabian dan wahyu saja. Karena Al-Qur'an sendiri, dalam beberapa ayatnya, dengan jelas menyebutkan metode-metode ini, dan dalam beberapa ayat lainnya meng-isyaratkan ke arah metode-metode ini, maka kami akan membahasnya pada bagian selanjutnya di bawah judul Argumen Al-Qur'an tentang Akhirat. Agar soal kehidupan abadi akhirat bisa jelas dari sudut pandang Islam, maka perlu dilihat soal-soal berikut:

(i) Karakter hakiki kematian.

(ii) Kehidupan setelah mati.

(iii) Barzakh.

(iv) Kebangkitan.

(v) Hubungan kehidupan dunia dengan kehidupan setelah kematian.

(vi) Eksistensi abadi amal perbuatan manusia dalam bentuk fisik.

(vii) Karakter umum dan khas kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

(viii) Argumen Al-Qur'an mengenai akhirat.

Karakter Hakiki Kematian

Apa kematian itu? Apakah kematian adalah kehancuran, kemusnahan, dan non-eksistensi, ataukah suatu perubahan, perkembangan dan peralihan dari satu dunia ke dunia lain? Inilah pertanyaan yang selalu menarik perhatian manusia. Setiap orang ingin menemukan sendiri jawabannya atau menerima jawaban yang sudah ada. Karena kita ini Muslim, maka kita ingin memberikan jawaban untuk pertanyaan ini dari Al-Qur'an, dan kita percaya pada apa yang dikatakan Al-Qur'an dalam hal ini.

Al-Qur'an memiliki penjelasannya sendiri mengenai karakter hakiki kematian. Al-Qur'an menggunakan kata "tawaffâ dalam kaitan ini. Arti kata ini adalah menerima penuh. Empat belas ayat Al-Qur'an menggunakan ungkapan ini. Semua ayat ini menunjukkan bahwa, dari sudut pandang Al-Qur'an, arti kematian adalah masuk ke dalam penjagaan. Dengan kata lain, ketika mati manusia memasuki penjagaan otoritas-otoritas ilahiah yang menerimanya tanpa batas. Dari ungkapan ini dapat disimpulkan beberapa poin:

(i) Arti kematian bukanlah kesirnaan dan kemusnahan. Kematian hanyalah peralihan dari satu dunia ke dunia lain, dan dari satu tahap kehidupan ke tahap kehidupan lain. Setelah kematian, kehidupan manusia berlanjut, meski bentuknya berbeda.

(ii) Yang membentuk manusia dan dirinya bukanlah tubuhnya serta sistem fisis dan penunjangnya, yang di dunia ini berangsur-angsur mengalami kerusakan dan kehancuran. Yang sesungguhnya membentuk personalitas dan ego manusia adalah apa yang oleh Al-Qur'an digambarkan sebagai "diri" dan terkadang "jiwa".

(iii)Jiwa atau diri manusia merupakan konstituen sejati personalitasnya. Manusia tidak mati, karena jiwa atau rohnya tidak mati. Rohnya eksis di sebuah cakrawala yang letaknya di atas cakrawala materi dan hal-hal material. Meskipun ini merupa­kan hasil dari evolusi esensi fenomena alam yang mengalami transformasi menjadi jiwa atau roh sebagai akibat dari evolusinya, namun cakrawalanya mengalami perubahan dan menjadi sesuatu dari alam lain yang di luar alam semesta. Ketika mati, roh beralih ke kelas lain, yaitu kelas roh. Dengan kata lain, realitas di luar materi ini kini berada dalam penjagaan malaikat. Al-Qur'an mengemukakan poin bahwa manusia adalah sebuah realitas yang kelasnya di luar materi. Mengenai Adam as, manusia pertama, Al-Qur'an mengatakan,
"Dan telah meniupkan ke dalamnya roh-Ku." (QS. al-Hijr: 29)

Soal roh dan kelangsungan hidupnya setelah mati merupakan salah satu ajaran pokok Islam. Separo dari ajaran-ajaran Islam yang tak dapat diingkari itu didasarkan pada doktrin bahwa roh tak bergantung pada tubuh, dan roh masih terus eksis meski manusia telah mati. Semua nilai manusiawi sejati didasarkan pada kebenaran ini. Tanpa kebenaran ini, nilai-nilai tersebut tak lebih dari imajinasi belaka.

Semua ayat yang berbicara tentang kehidupan setelah mati, beberapa contohnya akan kami kutip, membuktikan bahwa roh adalah sebuah realitas yang tak bergantung pada tubuh dan bahwa roh akan terus ada sekalipun tubuh sudah hancur dan sirna.

Sebagian orang mengira bahwa dari sudut pandang Al-Qur'an tak ada roh atau jiwa. Akhir eksistensi manusia adalah ketika manusia mati. Setelah mati, manusia tak memiliki kesadaran dan juga tak merasa senang atau sakit. Pada saat Kebangkitan, manusia akan mendapat hidup baru, dan pada saat ini sajalah dia akan menemukan kembali dirinya dan dunia. Namun teori ini bertentangan dengan ayat-ayat yang menyebutkan kehidupan setelah mad.

Para pendukung teori ini mengira bahwa orang yang mempercayai eksistensi roh atau jiwa mendasarkan klaimnya pada ayat, "Katdkanlah, roh adalah atas perintah Tuhanku." Mereka mengatakan bahwa meskipun kata "roh" disebut berulang-ulang dalam Al-Qur'an, namun makna roh adalah sesuatu yang berbeda dengan apa yang disebut jiwa. Dalam ayat ini juga arti roh sama dengan yang dimaksud dalam ayat-ayat lain. Orang-orang ini tidak tahu bahwa orang yang mempercayai eksistensi roh tidak mendasarkan argumennya pada ayat ini. Ada sekitar dua puluh ayat lagi yang jelas-jelas menyebut roh atau menyebutnya dalam bentuk kata benda dan kata ganti yang mengungkapkan milik, rangkaian kata sifat dan seterusnya seperti roh Kami, roh-Ku, roh suci, roh dengan Perintah Kami. Mengenai manusia, dikatakan "Dan Aku tiupkan he dalamnya roh-Ku." Ungkapan ini menunjukkan bahwa dari sudut pandang Al-Qur'an ada sebuah realitas yang lebih tinggi daripada malaikat dan manusia, dan realitas inilah yang disebut roh. Sebagai nikmat dari Allah SWT, malaikat dan manusia memiliki realitas ini yang digambarkan sebagai "dengan Perintah-Ku". Ayat "Aku tiupkan ke dalamnya roh-Ku," bersama ayat-ayat lain menunjukkan bahwa roh manusia memiliki realitas yang luar biasa.

Banyak ayat Al-Qur'an bukan saja menegaskan eksistensi mandiri roh manusia, namun pandangan ini juga diperkuat oleh banyak riwayat mutawatir dalam kitab-kitab hadis dan juga diperkuat oleh banyak kalimat dalam "Nahj al-Balaghah". (Lihat Peak of Eloquence (Nahj al-Balaghah atau Puncah Kefasihan, I. S. P. 1984) dan Doa Para Imam Suez)

Faktanya adalah bahwa pengingkaran eksistensi roh merupakan pikiran kotor Barat yang diilhami oleh materialisme Barat. Sayangnya, ada sebagian pengikut Al-Qur'an yang berpikiran seperti ini. Sekarang kami kutip, melalui contoh-contoh, tiga dari empat ayat yang menggunakan kata "tawaffi' untuk kematian. Dalam ayat-ayat ini dikatakan bahwa setelah kematiannya manusia masih melakukan perbuatan-perbuatan seperti yang dilakukannya ketika masih hidup (seperti bicara, berkehendak dan memohon).

(i) Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya din, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu itu?" Mereka menjawab: "Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah). " Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?" Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburu-buruk tempat kembali. (QS. an-Nisâ': 97)