Mengingat Masa Lalu 1 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 2 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 3 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 4 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 5 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Jumat, 22 Juni 2012

Ibrahim long memilih Islam Sebagai Agama Yang Istimewa

Saya dibesarkan dalam sebuah keluarga kristen dengan aliran yang berbeda-beda. Ibu saya adalah seorang penganut setia Katolik Roma. Ia menerima lamaran ayah saya dengan terlebih dahulu memaksanya berjanji di hadapan pendeta bahwa mereka akan membesarkan anak-anak mereka sebagai penganut Katolik. Ayah saya menerima syarat itu, sekalipun ia penganut setia Mormon, cabang Kristen.
 
Akhirnya kami yang lahir dari mereka berada di tengah-tengah faham Kristen. Paman saya pernah bergurau mengapa saya menjadi muslim.

Pengaruh Media Terhadap Anak

Para psikolog menyakini bahwa kegiatan mendidik anak adalah sebuah seni yang membutuhkan kreativitas, energi, waktu, dan biaya. Sebagian besar energi itu digunakan untuk menyusun program dan mengatur waktu luang anak-anak. Akan tetapi, hasilnya tentu saja tidak selalu memuaskan, sebab kebanyakan orang tua tidak berhasil dalam menciptakan kondisi ideal untuk mengisi waktu luang putra-putri mereka. Mayoritas anak dan bahkan orang tua lebih memilih menonton televisi dan memainkan game ketimbang hiburan-hiburan lain. Padahal, dampak buruk yang diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan seperti ini terkadang tidak kurang dari kekerasan sosial.
 
Masa kanak-kanak di dunia modern dianggap sebagai sebuah kategori penting dan berpengaruh dalam berbagai bidang riset. Para pakar dan lembaga-lembaga di seluruh dunia berusaha menyelesaikan problema dunia anak dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hal itu. Menurut statistik, lebih dari dua juta anak tersebar di seluruh dunia dan setiap harinya hak-hak jutaan dari mereka dirampas. Di antara problema utama mereka adalah hilangnya kebutuhan-kebutuhan dasar seperti, asupan gizi yang cukup, air bersih, bantuan medis, pendidikan, dan pengasuhan.
 
Selama beberapa tahun terakhir, kebanyakan peneliti, pemikir, dan guru ilmu sosial menilai pendidikan anak di dunia modern sebagai salah satu hal yang menghadapi berbagai masalah dan hambatan. Kajian terhadap pelanggaran norma-norma sosial menunjukkan bahwa pendidikan di masa kanak-kanak memainkan peran penting dalam menciptakan penyimpangan sosial atau penyakit-penyakit psikis pada usia remaja dan pemuda. Dalam proses itu, dapat disinggung dampak media-media visual seperti, televisi, sinema, video, parabola, dan komputer dan sarana tersebut memiliki peran signifikan dalam pendidikan generasi masa depan.
 
Hampir semua anak sejak lahir duduk rapi di depan layar televisi dan suara televisi sudah menjadi bagian dari lingkungan mereka sepanjang sarana itu menyala. Namun, motivasi menonton televisi berubah seiring bertambahnya usia anak-anak. Dua pertiga anak secara sadar mengikuti acara televisi dan sekitar usia 2,5 tahun mereka menjadi pemirsa setia dan mengikuti berbagai program televisi.
 
Penelitian menunjukkan bahwa dominasi televisi pada 10 tahun pertama usia anak sangat menakjubkan dan 90 persen anak-anak pada usia 6 tahun, menonton televisi secara rutin. Oleh karena itu, televisi berperan lebih dari setiap media lain dalam mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan sosial dan perilaku-perilaku individu. Media ini bahkan menjadi parameter pengambilan keputusan anak untuk memilih media-media lain dan di masa depan juga mempengaruhi proses kehidupannya secara langsung.
 
Peneliti ilmu komunikasi, Doktor Naser Bahonar percaya bahwa televisi sebagai pendidik yang tangguh dan kemungkinan berbahaya. Dia berpendapat kebanyakan pemirsa tidak sadar bahwa mereka sedang mengenyam sesuatu ketika memanfaatkan media. Berbagai informasi secara tidak sadar tertanam dalam memori pemirsa dan pesan-pesan acara televisi terserap tanpa disadari. Seraya memaparkan metode pemahaman anak-anak terhadap pesan-pesan acara televisi dan pengolahan informasi di memori mereka, Doktor Bahonar meyakini bahwa anak-anak tidak hanya membutuhkan liburan dan hiburan, namun mereka ingin mempelajari sesuatu.
 
Berdasarkan itu, Doktor Bahonar mengatakan bahwa tugas utama media adalah mempersiapkan pendidikan yang dapat membantu pertumbuhan kepribadian anak. Sebab, pendidikan adalah sebuah usaha matang untuk membentuk kepribadian. Dia melanjutkan bahwa media dapat menaruh perhatian pada masalah pendidikan anak dalam dimensi moral, mengajak mereka memperhatikan nilai-nilai agama dan spiritual, serta mengarahkan mereka dalam kesehatan fisik dan mental. Pendidikan anak dalam bidang-bidang tersebut dapat disesuaikan dengan kemampuan pemahaman dan kapasitas mereka, di samping memperkuat kemampuan penilaian anak.
 
Konsep "masa kanak-kanak" sebagai bagian dari proses evolusi individu dengan segala karakteristiknya, merupakan sesuatu yang baru dalam literatur Barat. Menurut penuturan Neil Postman, hingga empat tahun lalu, dalam sejarah dan budaya Barat, tidak ada kata yang mendefinisikan anak seperti sekarang ini. Pada dasarnya, kata anak sebagai sebuah fenomena yang dikaji di bidang kemasyarakatan dan ilmu psikologi, baru lahir pada abad ke-16. Tentu saja sebelum itu ada sebuah konsep umum, di mana kencenderungan dan hasrat anak tidak diperhatikan dan mereka hanya mengikuti kehendak dan keinginan orang tua.
 
Postman lebih lanjut menjelaskan bahwa ketidakpedulian terhadap struktur fisik dan mental anak hingga masa Renaissance telah menyebabkan orang dewasa mengajari anak-anak dengan hal-hal yang mereka anggap baik. Menurut pandangan ini, anak diajari untuk menjadi masyarakat masa depan dan masa kanak-kanak sendiri terlupakan begitu saja. Proses memperhatikan masa kanak-kanak berlanjut hingga abad ke-18 dan pada masa itu, perlahan mulai muncul pertanyaan-pertanyaan tentang anak, pertumbuhan manusia pada usia dini, dan karakteristik setiap jenjang usia serta pendidikan anak-anak.
 
 
Dalam mendidik anak, pendidikan dimensi rasionalitas kepribadian mereka memiliki banyak manfaat, sebab dimensi itu punya hubungan erat dengan seluruh eksistensi anak. Perlu diperhatikan bahwa kekuatan akal ibarat seorang raja yang memerintah kerajaannya dan dengan berbekal pendidikan yang benar, manusia akan sampai pada kesempurnaan. Oleh karena itu, para pemilik media perlu memiliki kepekaan untuk membangkitkan semangat berpikir dan rasionalitas dalam diri anak-anak. Kemampuan ini selain sebagai sebuah keahlian akal yang sangat bernilai, juga dapat menyelamatkan anak-anak dari bahaya-bahaya seperti, takhayul dan ilusi.
 
Pendidikan rasionalitas bagi anak-anak memiliki banyak hasil positif, seperti memperkuat insting rasa ingin tahu dan kecenderungan untuk menyingkap rahasia alam, di mana rasa itu akan hadir bersama mereka sepanjang usianya. Oleh sebab itu, jika kinerja sebuah media berlandaskan pada peningkatan kesadaran dan penguatannya, maka para penikmat media juga dapat mengenal konsep-konsep penting di sela-sela program media dan berpengaruh langsung bagi pendidikan mereka. Sebagai contoh, pendidikan konsep agama untuk anak-anak di media.
 
Keterbatasan berpikir dan kemampuan anak-anak untuk memahami argumentasi-argumentasi rumit membuat pendidikan langsung tidak efektif bagi mereka. Oleh karena itu, prioritas utama media adalah perlu menggunakan bahasa yang menarik dan contoh-contoh yang akrab dalam mengajari pendidikan agama kepada anak-anak. Format cerita dan tamsil sangat sesuai dan hingga usia akhir Sekolah Dasar dapat menjadi metode ideal untuk memberi pendidikan agama kepada anak-anak.
 
Anak-anak dapat mengenal Tuhan dan nikmat-nikmat serta bentuk kasih sayang-Nya. Turunnya salju dan hujan, mekarnya bunga-bunga, dan panorama alam, semua dapat menghidupkan sinyal pengingat Tuhan dalam memori anak-anak dan membuat mereka cinta kepada Sang Pencipta. Media dan program-programnya dapat menghadirkan gambaran ini dalam pikiran anak-anak, di mana Tuhan mencintai mereka dan menciptakan dunia yang indah untuk mereka. Oleh sebab itu, penegasan pada rahmat dan kasih sayang Tuhan merupakan prinsip utama dalam pendidikan agama untuk anak-anak.

BBC Media Pembohong opini Dunia

Kembali, media BBC Inggris tertangkap basah dan tanpa malu-malu mencoba membuka jalan dan menjual harga murah penyerangan tentara NATO ke Suriah. Dengan menggunakan foto lama anak-anak Irak yang meninggal dunia tahun 2003, BBC mencoba meyakinkan dunia bahwa mereka adalah korban serangan biadab pemerintah Suriah di kota Houla 25 Mei, pekan lalu.

Dalam laporan yang dikeluarkan beberapa jam setelah pembantaian itu, BBC menggunakan foto yang sebenarnya pertama kali dipublikasikan lebih dari sembilan tahun silam dan diambil di Al Musayyib, Irak. Gambar tersebut menunjukkan seorang anak kecil melompati mayat ratusan anak-anak Irak yang dipindahkan dari sebuah kuburan massal untuk diidentifikasi.

Sementara judul laporan yang digunakan oleh BBC untuk menggambarkan citra kebiadaban tentara Suriah, menyatakan bahwa gambar ini diberikan oleh aktivis di Suriah dan "diyakini sebagai tubuh anak-anak yang tercincang dan tengah dalam proses pemakaman di Houla".


Tetapi tetap biadab. Setelah mengetahui bahwa "kesalahan" itu terungkap, BBC hanya sedikit mengubah artikel asli mereka, dan tetap menolak mencabut pemberitaan bohong itu.

Pertama kali fotografer yang mengambil gambar asli tersebut adalah Marco Di Lauro, dan diposting di halaman Facebook-nya, dikatakannya, "Seseorang menggunakan foto saya sebagai propaganda terhadap pemerintah Suriah untuk membuktikan pembantaian." Kata Di Lauro kepada Telegraph London, dan dia sangat "terkejut" ketika yang menayangkan adalah BBC sementara media itu gagal mengidentifikasi keaslian gambar.


"Hal yang membuat saya benar-benar takjub adalah bahwa organisasi berita besar seperti BBC ternyata tidak mampu memeriksa sumber gambar dan bersedia begitu mempublikasikan gambar yang dikirim oleh seseorang tanpa tahu menahu identitasnya, apakah aktivis, jurnalis warga bisa atau apa pun," kata Di Lauro kesal dilaman info war.


Informasi seputar pembantaian di Houla jelas menunjukkan bahwa pembunuhan tersebut dilakukan oleh pasukan bayaran dan pembunuh berdarah dingin, dan bukan berasal dari tembakan tank-tank dan artileri pemerintah Suriah. Video rekaman dari korban anak-anak yang ditayangkan menunjukkan adanya luka tembak senapan di wajah dan luka bekas tusukkan pisau dan sama sekali bukan akibat tembakan artileri dan tank.


Karena jika tubuh tersebut ditembak oleh tank kelas berat sebagaimana media massa Barat gambarkan, maka jasad-jasad tersebut dipastikan berserakan dan terlepas dari tubuh-tubuh mereka . Namun video yang ditayangkan menujukkan tak satu pun dari jasad korban yang menampakan tubuhnya tercerai berai dan terlepas dari anggota badan. Tubuh dan jasad itu utuh sempurna, dan yang nampak adalah luka tusukan pisau dan bukan bombardir tank-tank kelas berat pemerintah Suriah.

Seperti yang dilaporkan Russia Today, "Banyak korban yang teridentifikasi akibat eksekusi pada titik rongga pernafasan," suatu fakta yang tidak konsisten dengan penjelasan bahwa tank-tank pemerintah membombardir dan kemudian menjatuhkan tanggung jawab pertumpahan darah tersebut ke pundak pemerintah Suriah.


Ini jelas menujukkan aksi brutalitas pasukan teroris didikan Aliansi Poros Setan, Saudi Arabia, Qatar, Turki, AS dan Israel. Mereka semua bertanggung jawab atas berbagai macam pemboman mematikan di Suriah yang menewaskan puluhan orang, mereka bertanggung jawab atas pembantaian di Houla.

Mengapa di bumi Suriah, pemerintah sendiri ingin membunuh anak-anaknya? Alasan logis apa yang mengharuskan pemerintah Suriah melakukannya? Mengapa pemerintah melakukan dengan cara kejam seperti itu? Apakah pemerintah Suriah tidak pernah memahami jaminan menarik dari itu semua? Apakah pemerintah tidak memahami arti kecaman dunia internasional? Apakah pemerintah Suriah terlalu bodoh kemudian memanggil intervensi pasukan asing di sana?

"Siapa yang benar-benar beruntung dan memanfaatkan kekejaman tersebut? Dan siapa yang tidak buntung? Tentu yang beruntug adalah para pemberontak dan teroris didikan Arab Saudi dan Qatar, dan sangat jelas bahwa manfaat pembantaian itu kembali ke AS, Turki dan Israel!.


Sementara pemerintah Suriah dipastikan buntung! Bukankah selama ini yang disalahkan adalah pemerintah Suriah? Apakah  masuk akal jika dibalik horor terbaru itu adalah pemerintah Suriah!.

Apa pun kebenaran di balik kejadian horor akhir pekan lalu, media massa sekali lagi menghamba diri, memegavonkan dan menjadi pejuang bagi mesin-mesin propaganda Aliansi Poros Setan.


Ini bukan pertama kaliya media Inggris dan Barat sengaja memanipulasi kebenaran yang kemudian diklaimnya sebagai kebenaran tunggal. Dan kemudian dengan itu menggambarkan pasukan Assad dengan kejamnya tanpa pandang bulu bahkan membunuh bayi dan anak-anak tak berdosa. Anak-anak mereka sendiri.

Pada bulan Februari lalu, London Independent juga pernah melaporkan, bahwa "pasukan keamanan Presiden Assad tanpa pandang bulu membunuh banyak bayi yang baru lahir di Homs."


Seperti dokumentasi yang bertebaran di dunia maya, sumber dari klaim ini tidak berasal dari Suriah namun dari London!, dari sebuah organisasi bersayap yang media sebut dengan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), yang merupakan sayap lobi untuk Kantor Luar Negeri Inggris.


Sebuah alat propaganda palsu dan menuduh pemerintah membunuh bayi dan anak bukanlah hal yang baru di Timur Tengah.


Dan buktinya adalah invasi AS di Irak. George W Bush seorang presiden gila perang yang membuat cerita palsu dan bohong bom nuklir sebagai jutifikasi penjajahan berdarah-darah pasukan AS di Irak. Dan sekali lagi, BBC dan mesin propaganda Barat sebagaimana Al-Jazeera dan Al-Arabia sama-sama membuat pabrik berita kepalsuan. [Islam Times/on]

Amerika dan Israil Negara Penipu

Hillary Clinton dan Avidgor Lieberman

IslamTimes - Seorang analis mengatakan " Perubahan Rezim " diperlukan di Amerika Serikat dan Israel untuk menghentikan "kejahatan perang atas nama hak asasi manusia" di Suriah yang pada kenyataannya bertujuan untuk melemahkan Iran dan menghilangkan perlawanan terhadap Israel.
Tindakan penyelamatan rakyat Suriah' bawah R2P [Responsibility to Protect] adalah memalsu mandat 'kemanusiaan' yang dimaksudkan untuk mengacaukan Suriah, melemahkan Iran dan memungkinkan Israel untuk melakukan kontrol politik yang lebih besar dan pengaruh terhadap negara-negara Arab termasuk Libanon dan Suriah," tulis Profesor Michel Chossudovsky dalam sebuah artikel di globalresearch.ca.

"Perang di Suriah juga merupakan perang terhadap Palestina," katanya, menambahkan bahwa intervensi militer di Suriah berusaha untuk melemahkan gerakan perlawanan di wilayah-wilayah pendudukan dan memperkuat ambisi pemerintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menciptakan sebuah "Israel Raya" awalnya , melalui pencaplokan langsung dari wilayah Palestina.

Sementara, tidak ada bukti yang telah diberikan untuk membuktikan bahwa rezim Suriah bertanggung jawab atas pembantaian warga sipil yang sedang berlangsung di negeri ini, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menyerukan intervensi militer kemanusiaan R2P di Suriah untuk mengekang kekejaman yang diklaim diperintah oleh pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad.

"Berdasarkan apa yang didokumentasikan, pembunuhan-pembunuhan sektarian dan kekejaman sedang dilakukan oleh tentara bayaran asing dan milisi yang dipersenjatai dan didukung oleh aliansi militer Barat," kata Chossudovsky.
"Pembunuhan dilakukan dengan sengaja sebagai bagian dari operasi rahasia setan. Musuh kemudian menyalahkan kekejaman yang dihasilkannya (pada pemerintah). Tujuannya adalah untuk membenarkan agenda militer atas dasar kemanusiaan. "

Dalam jargon militer AS, skenario ini disebut “massive casualty producing event,” ("korban besar memproduksi peristiwa"), asal-usul sejarah yang kembali ke " Operasi Northwoods," sebuah Rencana terkenal Pentagon tahun1962, yang terdiri dari pembunuhan warga sipil dalam komunitas Kuba Miami, dengan maksud untuk membenarkan perang terhadap Kuba.

"Rencana dikembangkan sebagai cara untuk mengelabui publik Amerika dan masyarakat internasional agar mendukung perang untuk kemudian menggulingkan pemimpin komunis baru Kuba, Fidel Castro," lapor abcnews.com pada tanggal 1 Mei 2001.

Chossudovsky mengatakan dalam logika Operasi Northwoods, pembunuhan di Suriah dilakukan untuk " membantu menciptakan gelombang kemarahan," untuk menggalang opini publik yang mendukung operasi R2P AS-NATO terhadap Suriah.

"Masyarakat internasional tidak dapat duduk diam, dan kami tidak akan," kata Clinton dalam sebuah pernyataan pers pada tanggal 6 Juni.

Pentagon dan departemen dokumentasi Negeri AS serta laporan independen menegaskan bahwa aksi militer terhadap Suriah telah dipertimbangkan oleh Washington dan Tel Aviv untuk "lebih dari 20 tahun" dan hal ini harus menghilangkan ilusi bahwa ada "mandat kemanusiaan" yang mendasari untuk kebijakan luar negeri AS, Chossudovsky mengatakan.

Dia menambahkan bahwa AS, terburu-buru untuk melakukan intervensi di Suriah, bahkan bersedia untuk merangkul pilihan "sidetracking" Dewan Keamanan PBB seperti Rusia tidak akan mendukung koalisi militer terhadap Suriah.

Duta Besar AS untuk PBB Susan Rice mengkonfirmasikan pada Mei lalu, dengan tegas, bahwa "skenario terburuk dan paling mungkin" di Suriah adalah pilihan untuk "bertindak di luar kewenangan Dewan Keamanan PBB".

"Pelanggaran hukum internasional tampaknya tidak menjadi masalah [bagi Washington]," pungkas Chossudovsky. [IT/r]

Amerika Pelanggar HAM Paling Ngeri didunia

Piagam hak asasi manusia menekankan bahwa seluruh manusia terlepas dari warna kulit, kebangsaan, dan agama, memiliki hak yang sama. Dalam kondisi yang tidak adil, hak-hak sebagian orang pasti akan terkorbankan dan terlecehkan. Di AS, praktik diskriminasi ras adalah fenomena yang sudah ada sejak dahulu. Dengan demikian, di AS hak asasi sering diabaikan.
 
Sampai 150 tahun yang lalu, praktik penjualan budak-budak kulit hitam yang didatangkan dan diculik dari Afrika marak terjadi di AS. Budak-budak itu diperjualbelikan untuk dipekerjakan di ladang-ladang atau di rumah-rumah. Kesalahan sekecil apapun yang dilakukan seorang budak harus dibayar mahal dengan rasa sakit penyiksaan atau bahkan nyawa diri dan keluarganya. Sampai kinipun, sisa-sisa dari perlakuan yang tidak manusiawi itu masih terlihat di tengah masyarakat AS.
 
Di AS, undang-undang kesamaan hak tidak banyak dihiraukan dan diskriminasi ras dapat disaksikan di seluruh sisi kehidupan sosial. Orang-orang kulit hitam dan kelompok minoritas adalah korban praktik diskriminasi yang terjadi secara luas di sana. Bagi warga kulit hitam, pengadilan justeru menjadi lembaga yang tidak adil. Kondisi kehidupan dan kesejahteraan warga kulit berwarna juga mengenaskan. Mereka rata-rata hidup di bawah standar kesejahteraan.
 
Kantor Statistik di AS dalam laporan yang dirilis tanggal 26 Agustus 2008 menyatakan, pendapatan rata-rata warga AS tahun 2007 mencapai 20.233 USD setahun. Pendapatan pertahun warga kulit putih tercatat sebesar 54,920 USD, warga Spanish 38.676 USD, dan warga kulit hitam 33.916 USD. Seperempat komunitas kulit hitam di AS hidup di bawah garis kemiskinan, atau tiga kali lipat dari jumlah warga kulit putih yang hidup dalam kondisi yang sama.
 
Di bagian lain, warga kulit hitam dan kulit berwarna di AS sulit untuk memperoleh pekerjaan karena praktik diskriminasi luas di negara itu. Akibatnya, angka pengangguran di antara warna minoritas lebih tinggi dibanding warga kulit putih. Tercatat, 15 persen dari angka pengangguran terkait warga kulit hitam, 13 persen warga spanish dan 9 persen warga kulit putih. Di antara remaja dan pemuda kulit hitam usia 16-24 tahun, tercatat hampir 34 persen tidak bekerja. Angka ini adalah tiga kali lipat dari angka rata-rata pengangguran di AS.
 
Pengangguran di kalangan kelompok terpelajar dari komunitas kulit hitam juga mencapai dua kali lipat dari kasus yang sama di antara warga kulit putih. Di penghujung tahun 2009, meski tercatat 27 persen dari jumlah penduduk kota New York, warga kulit hitam dan Spanish tidak memperoleh peluang kerja yang cukup. Dari 11.529 lapangan kerja di lembaga pemadam kebakaran, warga kulit hitam hanya memperoleh 3 persennya sementara warga Spanish mendapatkan 6 persen.
 
Di bagian lain, media massa sering menggambarkan sisi negatif dari kehidupan warga kulit berwarna. Hal ini jelas menimbulkan masalah sosial dan kesulitan bagi mereka di tengah masyarakat yang mayoritasnya berkulit putih. Misalnya, untuk bisa menyewa rumah, warga kulit berwarna mesti menyisihkan lebih banyak uang dibanding warga mayoritas. Masalah itu semakin komplek ketika angka penderita penyakit AIDS yang mematikan itu lebih tinggi di antara warga keturunan Afrika.
 
Hasil riset dinas kesehatan dan keselamatan jiwa kota New York pada bulan Agustus menunjukkan bahwa dari semua kasus HIV yang terjadi tahun 2006 di New York, 46 persennya terkait warga kulit hitam sementara 32 persen terkait warga Spanish. Kerentanan perempuan negro terhadap penyakit AIDS 15 kali lebih besar dibanding perempuan kulit putih. Penyebabnya adalah kesejahteraan yang kurang terjamin, layanan kesehatan yang minim,dan tempat tinggal yang kurang memadai yang didapatkan oleh warga minoritas. Jika diskriminasi ras tidak mengakar kuat di AS, tentu nasib warga kulit hitam tidak akan separah ini.
 
Diskriminasi ras juga terjadi di lingkungan sekolah dan lembaga pendidikan. Misalnya, Lembaga Nasional New York tahun 2008 menerbitkan laporan tingkat pendidikan menengah atas di kalangan warga kulit hitam dan angka mereka ke perguruan tinggi saat ini masih jauh di bawah tingkat pendidikan warga kulit putih tiga dekade yang lalu. Lebih dari setengah warga minoritas etnis meninggalkan bangku sekolah sebelum menyelesaikan pendidikan menengah atas. Sementara, 53 persen kulit hitam yang lulus SMU tidak melanjutkan ke pendidikan tinggi. Akibatnya, warga minoritas yang menyelesaikan pendidikan tinggi jauh lebih kecil dari warga kulit putih. Antara tahun 2003 sampai tgahun 2008, 61 persen calon mahasiswa kulit hitam dan keturunan Spanyol ditolak masuk fakultas hukum. Padahal untuk warga kulit putih angka itu hanya mencapai 34 persen.
 
Riset lainnya yang dilakukan terhadap lima ribu anak di kota Birmingham dan Los Angeles menunjukkan bahwa 20 persen anak kulit hitam dan 15 anak Spanish menjadi korban diskriminasi ras. Riset ini memperlihatkan bahwa diskriminasi ras adalah faktor paling dominan bagi berbagai penyakit kejiwaan di tengah anak-anak minoritas di AS. Kerentanan anak-anak keturunan Spanyol terhadap penyakit kejiwaan tiga kali dan anak kulit hitam dua kali lebih besar dari anak kulit putih.
 
Data lain menyebutkan bahwa di sekolah, anak kulit hitam lebih mudah dikenai hukuman fisik dibanding anak kulit putih. Laporan lain mengungkapkan soal pemisahan sekolah anak-anak kulit berwarna dari anak-anak kulit putih yang sampai sekarang masih sering ditemukan di AS. Di sekolah-sekolah yang secara lahirnya tidak membedakan siswa dari beragam etnis, siswa kulit hitam dan keturunan Spanyol sering menjadi korban penghinaan siswa-siswa kulit putih.(IRIB Indonesia)

Kamis, 21 Juni 2012

Pemain Bola Yang Taat

Menjadi minoritas bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi jika itu terkait keyakinan. Dibutuhkan ketahanan mental, keyakinan yang kuat serta kemampuan beradaptasi yang ekstra untuk tetap eksis sebagai minoritas. Itulah kira-kira tantangan yang dihadapi oleh para pemain bola Muslim di kancah persepakbolaan Eropa. Dalam beberapa momentum, misalnya yang paling mencolok saat Ramadhan, mereka dituntut untuk tetap menjadi Muslim sejati sekaligus professional di lapangan. Bayangkan, mereka harus berpuasa sambil bertanding bola.
Namun, eksistensi Muslim di kesebelasan-kesebelasan Eropa kian semakin mencolok. Dalam Piala Eropa 2008 lalu, tercatat begitu banyak pemain Muslim yang berkiprah di lapangan hijau. Bahkan, konon Piala Eropa 2008 lalu mencatat rekor sebagai Piala Eropa dengan pemain Muslim terbanyak, walau tanpa harus memasukkan para pemain Turki yang notabene memang mayoritas Muslim. Sehingga, jika para pemain Muslim yang bertebaran di berbagai negara Eropa itu dikumpulkan, tercatat akan bisa membentuk kesebelasan sendiri beserta cadangannya. Dalam posisi kiper, ada nama Muslim Rami Shaaban (Swedia) dan Eldin Jakupovic (Swiss). Di posisi bek ada Renat Yanbayev (Rusia), Khalid Boulahrouz (Belanda) dan Eric Abidal (Prancis). Adapun di posisi gelandang ada nama Darijo Srna (Kroasia), Franck Ribery (Prancis), Samir Nasri (Prancis), Lassana Diarra (Prancis), Ibrahim Affelay (Belanda), Diniyar Bilyaletdinov (Rusia) dan Valon Behrami (Swiss). Sedangkan di posisi depan ada Robin Van Persie (Belanda), Nicolas Anelka (Prancis) dan Karim Benzema (Prancis).
Para pemain Muslim di kancah Eropa itu bukan hanya hadir sebagai pelengkap di timnya. Namun, mereka bermain sebagai andalan pelatih dan bintang lapangan. Lihat saja Robin Van Persie di Belanda dan di klubnya Arsenal. Atau, dulu lihatlah Zinedine Zidane di Prancis dicatat sebagai pemain yang berhasil membawa Prancis memanangi Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 dan menjadi pemain dengan nilai transfer termahal di klub saat ditransfer dari Juventus ke Real Madrid.
Selain itu, para pemain Muslim di kancah Eropa juga dikenal sebagai pemain yang memiliki sportifitas yang tinggi dan juga idealisme yang kokoh. Misalnya, Zidane dikenal sebagai pemain yang sangat santun dan spotif hingga ia pernah meraih gelar Pemain Terbaik Dunia. Namun, ketika idealismenya diusik oleh Materazzi pada Final Piala Dunia 2006 dengan melontarkan kata-kata rasis, ia langsung mengambil tindakan tegas dengan menyundul dada Materazzi tanpa peduli pada kartu merah. Atau, lihatlah Frederic Kanoute (pemain Muslim asal Mali yang bermain di Sevilla, Spanyol) yang memilih tetap berpuasa saat bertanding di Bulan Ramadhan serta membeli dan mewakafkan sebuah bangunan masjid di Sevilla, Spanyol, yang oleh pemiliknya hendak dijual pada Desember 2007 karena bangunan yang saat itu disewa dan dijadikan masjid oleh komunitas Muslim Sevilla itu telah habis masa kontraknya. Walau sangat getol membela Sevilla, namun ia tiba-tiba tak mau bermain saat klubnya itu memajang nama situs judi online yang menjadi sponsor utama Sevilla saat itu. Kanoute juga tak peduli mendapat hukuman saat menyampaikan pesan dukungannya terhadap rakyat Palestina yang tertindas di Gaza saat serangan brutral Israel melalui kaos bertulis “Palestina” dalam selebrasinya setelah ia mencetak gol.
Idealisme yang kokoh itu menunjukkan bahwa para pemain Muslim itu tak hanya memeluk Islam secara simbolik dan memahaminya sebagai atribut belaka. Namun, kata Ribery, “Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam dan di luar lapangan. Saya mengalami kehidupan yang cukup keras dan saya harus menemukan sesuatu yang membawa saya pada keselamatan. Hingga kemudian saya menemukan Islam.” Begitulah mereka memahami Islam.