Mengingat Masa Lalu 1 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 2 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 3 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 4 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 5 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Tampilkan postingan dengan label budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label budaya. Tampilkan semua postingan

Kamis, 31 Mei 2012

Artis Aceh VS Lady Gaga

Dalam beberapa hari ini, kita di suguhkan berita kedatangan Lady Gaga ke indonesia. Berbagai macam opini muncul di media, demo hampir seluruh indonesia serentak diadakan. Para ulama dan para pembesar ada yang pro dan kontra. Di Aceh pun kita melihat hal yang sama, para mahasiswa berdemo menolak kedatangan Lady Gaga.
Ada yang mengatas namakan Agama, karena tidak islami. Goyangannya mempertonton Aurat, artis kita lebih dasyat lagi ( dewi persik, Julia Peres CS ).
Ada yang menyoroti membawa simbul-simbul syaitan yang sangat dilarang di indonesia, artis kita biasa saja ( Ahmad Dani cs, setiap tampil simbul setan pasti dibawa dan dipakai ) itu biasa bagi orang kita. Wallahu’alam.


Ada yang mengatas namakan budaya, tidak sesuai dengan budaya indonesia. Artis kita apa sangat sesuai, lihatlah di TV goyangan dangdut dasyat. Apa sesuai dengan budaya kita yang sering kita agung-agungkan budaya ketimuran ( Islami )
Tulisan ini bukan membolehkan Lady Gaga konser di indonesia, tapi kita tidak melihat dalam negeri sendiri. Coba dibenah dalam negeri dulu baik dari segi goyangan, membawa simbul setan dan segi pakaian. Ini PR bagi kita orang tua masyarakat dan yang paling bertanggung jawab adalah Intensi terkait yang telah diberikan amanah untuk selalu menjaga budaya ini..
Di aceh yang dikenal dengan Serambi Mekah, negeri Syariat tidak jauh-jauh beda dengan Lady Gaga. Kalau tidak percaya, saya persilahkan buka di Yutube cari saja lagu Aceh ( Disco Remix Aceh ) atau gambar yang saya tampilkan di posting ini.

Apa kita tidak malu selaku orang aceh. Dimana sensor video yang di gadang-gadangkan oleh anak negeri kususnya aceh untuk memfilter lagu-lagu yang menyolok seolah-olah kita hidup di benua Eropa.
Para seniman Acehlah yang sangat berperan untuk mensensornya, saya selaku masyarakat awam sangat malu dan sungguh tidak pantas jika kita lihat video lagu aceh dengan goyangan dasyat tanpa jelbab.
Berkarya itu bagus, tapi kita harus melihat efek yang ditampilkan bermanfaat atau tidak. Lebih-lebih bagi generasi muda kita sekarang yang kurang siap dengan mudaya model sekarang. Makanya tidak ada beda Lady Gaga Eropa Dengan Lady Gaga Aceh. Dimana bedanya, persamaan yang banyak. Tapi tidak semuanya juga.
Bagi insan seniman aceh, mari budayakan hal yang baik, jangan sebaliknya. Kita harus melihat masa lalu sebagai pegangan, ketika orang aceh keluar aceh selalu menjadi panutan bagi yang lain. Karena aceh dikenal dengan ilmu agamanya.
Wahai seniman video clip aceh yang bergoyang sensasional, kajet pioh dek nibak but yang meunan macam. Berkaryalah dan bangun muzik aceh yang mempunyai ciri Khas Keacehan, sehingga orang lain akan mengetahuinya dan memahaminya..
Jangan sampai Duplikat yang selalu kita suguhkan, saya kira orang aceh itu pintar dan penuh dengan inovasi.
Penulis Safrizal

Berterima Kasih Pada Lady Gaga

Ini Artikel sangat bagus untuk di baca oleh kita-kita yang mempunyai Prinsip. berita ini saya baca di majalah online Hidayatullah yang di tulis oleh Lidus Yardi. 

DENGAN pembatalan konser artis asal Amerika di Indonesia, Stefani Joanne Angelina Germanotta alias Lady Gaga, polemik sudah selesai. Gagalnya konser Gaga tentu membuat pihak yang jauh hari menentang rencana konser itu, bersyukur. Kecuali, tentu saja, pihak promotor Big Daddy Entertainment.
Namun, ada pelajaran yang patut dicatat dari batalnya konser Gaga yang kontroversi itu. Pertama, kita patut “berterima kasih” kepada Lady Gaga yang telah mengajarkan arti prinsip dalam hidup. Diberitakan sebelumnya, berbagai pihak yang menerima konser Gaga ada yang memberi catatan, yaitu pakaian dan tarian disaat konser tidak berbau pornografi dan pornoaksi, serta menghormati budaya Timur. Bahkan ada pihak kementerian menyarankan agar pakaian Gaga menggunakan batik sebagai ajang promosi pakaian ciri khas Indonesia.
Seperti yang kita baca dari pemberitaan media. Gaga adalah artis yang punya prinsip dan idealis, yakni kebebasan (liberalisme). Ia bebas mengekspresikan cara berpakaiannya yang memamerkan ketelanjangan (pornografi), tarian erotis (pornoaksi), pemujaan terhadap simbol-simbol setan dan melibas nilai-nilai agama. Ia juga punya prinsip untuk mendukung penyimpangan seksual seperti homoseksual dan lesbian. Ia menyebut homoseksual adalah “revolusioner dalam bercinta”. Dan kaum gay disebut sebagai kaum yang diberkati Tuhan (lihat ensiklopedi bebas, wikipedia).
Oleh sebab itu, ketika Gaga mengadakan konser di Filipina ia berteriak  menentang otoritas Pemerintah Filipina yang mengatur konsep konsernya dengan mengatakan: “Saya bukan boneka pemerintah Filipina!” (Republika, 23/5). Lihatlah, betapa Gaga punya prinsip dalam hidup dan tidak mau dirinya dipengaruhi oleh pihak mana pun. Begitu pula yang dapat kita baca dari gagalnya Gaga konser di Indonesia.
Mustahil batalnya konser sang Mother Monster itu semata-mata karena kekhawatiran ancaman keamanan. Lebih dari itu, Gaga punya prinsip dan tidak mau didikte atau dibatasi idealisme dalam konsep pertunjukkannya. Ia memilih untuk membatalkan konser yang direncanakan itu dari pada melacurkan prinsip dan idealisme yang selama ini dipegangnya. Bahkan ia mengaku terus terang lebih memilih membatalkan konser jika harus tunduk pemerintah setempat yang memintanya berpakaian sopan.
Pertama, inilah pelajaran dan ungkapan terima kasih yang penulis maksud terhadap Gaga. Opini ini penting diangkat untuk membedah identitas dan prinsip negara kita, Indonesia,  yang saat ini hampir tidak memiliki ‘wajah’ dan jati diri. Pemberian grasi kepada ratu mariyuana asal Australia, Schapelle Corby, juga menjadi bukti, betapa prinsip pemberantasan narkoba hanya sekedar basa-basi.
Kedua, (ingat!) batalnya konser Gaga di Indonesia bukan karena keberhasilan pemerintah Indonesia dalam menyerap aspirasi warganya, tetapi kesadaran diri Gaga yang merasa tidak diterima di Indonesia! Pemerintah Indonesia dalam berbagai kasus telah gagal memberi perlindungan terhadap ancaman yang merusak identitas budaya dan moralitas negara, terutama kalangan remaja.
Banyak bukti, bahwa pemerintah Indonesia selalu abai dengan invasi virus asing (Barat) terhadap nilai-nilai agama, budaya, dan moralitas. Terbitnya majalah Playboy dan semisalnya, bermainnya artis-artis porno luar negeri dalam beberapa film Indonesia, bebasnya anak-anak menyaksikan adegan erotis penyanyi dangdut koplo di kampung-kampung, serta gamang dan gagapnya menyikapi konser artis Gaga adalah deretan bukti sikap abai dan alfa pemerintah Indonesia saat dibutuhkan perannya.
Kita ingin bertanya: Di mana sikap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mengkampanyekan “Bangkitanya Generasi Emas” terhadap kasus Lady Gaga? Di mana sembunyi Satuan Tugas (Satgas) Pornografi yang dibentuk presiden ketika ada rencana konser artis urakan Gaga? Niat baik apa yang diperbuat pemerintah untuk melindungi warga dari invasi budaya asing?
Jangan heran, Indonesia selalu menjadi ladang subur kalangan tertentu yang berkepentingan, terutama pihak asing, untuk meraup keuntungan ekonomi. Indonesia adalah negara industri hiburan dan syahwat dari sebuah proyek kebebasan. Alan Ridgeway dari Live Nation, promotor yang mendatangkan Lady Gaga ke Asia mengatakan, bahwa secara finansial konser di Asia sangat menguntungkan.
Siapa pun tentu sepakat bahwa konser bagian dari seni dan hiburan. Namun hiburan bukan persoalan seni dan kebebasan semata. Seni yang baik adalah seni yang bermutu dan bernilai positif bagi penikmatnya. Ia seharusnya menjadi inspirasi untuk melahirkan imajinasi kreatif.
Sineas Garin Nugroho berpendapat, sebagaimana dikutip koran ini dalam Tajuk Rencana (18/5), bahwa hiburan seharusnya sesuatu yang dimuliakan, tumbuh dari nilai-nilai karakter lokal dalam keterampilan dan pengetahuan global. Penggampangan hiburan akan melahirkan masyarakat yang gampangan, instan, rapuh, vulgar, dan penuh dengan kekerasan.
Logika yang memandang segala persoalan gampangan sangat berbahaya untuk dipelihara. Khususnya di Indonesia. Karena itu adalah produksi liberalisme. Inilah yang mulai tampak dan tumbuh subur di Indonesia. Ini dapat dilihat dari kasus pro-kontra konser Gaga sendiri.
Seorang tokoh misalnya dalam sebuah acara TV swasta berpendapat, meskipun ada sejuta Lady Gaga tak ada masalah, yang penting imannya kuat. Logika yang digunakan orang ini sama dengan begini: “Meskipun banyak yang telanjang dijalanan atau korupsi uang negara tak masalah, yang penting iman kuat”. Cara berpikir seperti ini menunjukkan ketidaksadarannya, bahwa setiap tindakan atau perbuatan akan memberi pengaruh terhadap dirinya, orang lain atau lingkungannya.
Apa yang didengar, dilihat, dan dialami oleh manusia sesungguhnya berpengaruh bagi dirinya. Dan setiap individu mampu mempengaruhi individu lain, bahkan sebuah komunitas. Terlebih lagi jika individu itu merupakan sosok yang dikenal sebagai publik figur. Ia akan berpengaruh, baik positif atau negatif, meskipun yang dilakukan dengan alasan menghibur. Dalam konteks konser Gaga dan bentuk hiburan lainnya juga demikian. Oleh sebab itu, kita harus jeli dan tidak memandang gampangan setiap persoalan.
Dalam hal ini, Indonesia patut belajar ke negara Cina dan Korea Selatan. Dalam kasus Lady Gaga, kedua negara ini berkesimpulan bahwa kalangan remaja dan budaya harus dilindungi dari lagu apalagi pertunjukkan konser yang dianggap murahan, berkualitas rendah, dan terlalu vulgar. Apa prinsip dan jati diri ini yang kita inginkan di Indonesia?
Yang jadi pertanyaan, untuk mempertahankan sebuah kebathilan, Lady Gaga saja sangat berani dan teguh memegang prinsip, mengapa di antara kita (terutama pengelola negeri ini) justru lemah dan urusan keyakinan (kebenaran)? Wallahu A’lam
Penulis adalah Guru SMKN 3 Teluk Kuantan dan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonsia (KPAI) di Kuantan Singingi 

Kamis, 10 Mei 2012

Dialek Bahasa Nagan Raya

Nagan Raya adalah salah satu Kabupaten yang di mekarkan dari Kabupaten Aceh Barat. Ada yang mengatakan Nagan Raya bersal dari 2 kata “nagan” ( Naga red) “ Raya” jadi kalau di gabungkan menjadi Naga Raya. Karena banyak yang mengucapkan Nagan, maka jadilah Nagan Raya. Kabupaten ini juga masyarakatnya dikenal juga dengan sebutan perangoe Munyakni dan lebih populer lagi dengan sebutan meurameune ( banyak tingkah )ini di buktikan dengan ucapan “ paken meurameune that gata” Kenapa banyak sekali tingkah kamu. Bahasa itu dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari di nagan raya kususnya daerah jeuram. Bahasa yang digunakan adalah bahasa aceh yang huruf ‘R’nya di ucapkan seperti huruh غ (qha) Abjad Arab. 

Senin, 12 Desember 2011

Pantai Wisata Nagan Raya


Wisata nagan Raya mulai berdenyut. Perbatasan antara kabupaten Nagan Raya dengan Aceh Barat Telah dibangun Baguan raksasa PLTU aceh. Menaranya terlihat dari kota Moulaboh. Disamping itu, Nagan Raya juga sebagian kabupatennya adalah pesisir terdiri dari dua Kecamatan, Yaitu kecamatan Kuala Pesisir dan Kecamatan Tripa Makmur sebagai dua kecamatan yang baru dimekarkan.
Dikecamatan Tripa Mkamur Kususnya menjadi kecamatan yang penuh dengan panorama pantainya yang cukup indah dan asri. Munurut sebagian pengunjung yang datang dari berbagai kabupaten merasa sangat nyaman ketika berada di pantai yang dinamakan pantai Suwak Dama atau babah lueng dan juga Pantai TPI menurut sebagian pengunjung menyebutnya.
Pantai yang luas dan dipenuhi batang cemara ini dengan rumpat yang menghijau menjadi daya tarik bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Akan tetapi yang sangat disayangkan adalah tidak adanya Fasilitas dipantai ini, baik itu Musalla untuk tempat shalat maupun fasilitas yang lain berupa Wc, Sumur dan ruang istirahat. Selain itu lestrikpun belum menyentuh daerah pantai ini.
Kalau dilihat dari dekat, setiap hari minggu pantai ini dipenuhi oleh keluarga dan muda mudi sekedar untuk melepaskan kepenatan dan bercengkrama dengan keluarga sambil menyaksikan ombak dipantai. Warung yang berjejeran memudahkan bagi para pengunjung untuk menyantap kuliner dipanatai ini. Selain dipenuhi oleh para pendatang, mereka juga membawa pancingan untuk memancing di muara, danau kecil dan dilaut.
Anda ada perhatian dari pemerintah setempat. Maka pantai Babah lueng ini layak untuk dijadikan tempat rekreasi bagi keluarga dan para muda mudi untuk bersantai. Dan sangat layak untuk ditetapkan sebagai tempat wisata yang islami.