Catatan Untuk Mereka Yang Lupa
Jeritan malaikat menyelinap memenuhi antero alam ini,
tangisan mereka mengundang kegembiraan bagi para pengikut sebelah kiri. Mereka senang
dan sangat gembira dengan tawa ria berkumpul membentuk kumpulan pemuja, mereka
sudah menang untuk mempermainkan manusia seutuhnya.
Langit sebagai saksi, angin yang menerpa sebagai bukti
kemenangan yang diperoleh melalui aliran darah dan nafsu kemerdekaan. Malaikat menangis
bersujut memohon ampun kepada sang Khaliq demi manusia-manusia yang lagi dimabuk
kebebasan dan kemerdekaan diri didunia ini.
Disana...? banyak yang geleng-geleng kepala seolah mimpi
yang menerpa. Padahal ini adalah kenyataan. Ia.. kenyataan yang menimpa Hamba
Allah lagi bersenang-senang merayakan kemerdekaan dari garis hukum yang telah
lepas dalam hitungan detik. Tersenyum adalah tanda..!. bangga dengan apa yang
telah didapati dan merasa sudah benar sampai lupa pada hakikat Almamater itu
sendiri.
Disana.. hanya bisa memandang dan mengusap dada, inikah
namanya dunia kebebasan..? inikah yang
mereka peroleh dari apa yang telah mereka resapi dan mereka kaji selama 3-6
tahun lamanya. Apakah ini kegagalan dalam pendidikan dan menacapkan duri-duri
keinsafan..? tanyalah pada diri sendiri..?
Riuh dan berdebu menyeret langkah-langkah kaki melepaskan
belenggu demi mencapai kemerdekaan seirng irama waktu untuk berkumpul saling
bercengkrama disaksikan ombak lautan yang tenang demi melepaskan baju-baju
kesucian yang selama ini dipikul dan dijaga walaupun kadang agak terpaksa.
Disana mereka gembira dengan celotehan memekakkan gendang
telinga para malaikat yang telah siap bersama pena-pena dosa melingkar
membentuk jemari bergerak kekanan dan kekiri dalam tempo yang terlalu singkat.
Tadinya alunan nasehat bergemuruh bersama senyum para
malaikat, air mata menetes melepaskan kawan, rekan, saudara sambil menyesali
dan memaafkan mereka yang telah berbuat salah baik sengaja maupun lupa.
Barisan kaki bak benteng China kokoh menompang diri demi
menyaksikan dan melepaskan seretan kaki yang berjalan beriringan lengkap dengan
atribut baru yang telah lama di idamkan, serta potongan pita tanda berakirnya
kehidupan bersama para syuhada Allah yang msih tertegun dengan kejadian yang
sangat menabjubkan.
Tapi itu semua berubah, air mata terlanjur untuk bergenang,
kelelahan terlanjur untuk dikerahkan, nasehat yang keluar dengan mulut mulai
berbusa hanya menjadi patamorgana.
Makhluk yang tidak nampak dan menyeramkan berubah menjadi
gembira dengan petikan tawa seiring langkah mereka menuju ketempat perpisahan
para muda belia. Almamater menjadi tenda, kopiah menjadi angin peniup bala,
buku agama menjadi pustaka yang tidak lagi terbaca. Mereka menang dalam sekejab saja.
Inilah goresan wisuda yang telah terlanjut untuk diterka. Wahai
para anak bangsa, bukankah dirimu sudah di timpa dengan goresan-goresan suci
merasuki jiwamu yang tenang...?
Wahai orang yang mengabdikan diri pada titah Allah... jangan
menyesal apalagi keluar kata-kata terserah. Lanjutkan perjuangan Nabiyullah.
Catatan Untuk para santri yang telah berubah.
Banda Aceh. 20 Mai 2012
Banda Aceh. 20 Mai 2012
0 komentar:
Posting Komentar
komen disini