Mengingat Masa Lalu 1 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 2 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 3 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 4 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Mengingat Masa Lalu 5 title

Kehidupan Di Dunia Bagaikan Mimpi, Akhiratlah Yang Nyata

Jumat, 24 Juni 2011

CARA MENULIS BERITA YANG BAIK


Kamu mau jadi wartawan? Hmm… siap-siaplah melaporkan suatu peristiwa dalam sebuah tulisan. Nah, berita yang baik dan efektif adalah irit dalam gerak. Nggak bertele-tele. Juga tangkas dalam kejutan. Udah gitu, simple dan elok lagi. Itu sebabnya, kalo kamu baca tulisan-tulisan bernuansa berita enak banget dibacanya. Kita langsung nyambung dengan apa yang diinginkan si penulis berita. Cepat alurnya. Beda banget dengan tulisan fiksi yang, memang kelihatannya, kudu memainkan kata-kata dengan bertabur kiasan dan pilihan kata yang membuat pembacanya larut dalam nuansa sastra.
Oke deh, saya kasih tip sedikit tentang menulis berita. Ini saya buat sesuai dengan teori yang selama ini saya ketahui dan praktik yang memang telah saya lakukan. Sudah mantap pengen jadi wartawan? Bagus! Tapi jangan salah, kamu kudu punya ‘pegangan’ supaya tulisan beritamu oke punya. Paling nggak kamu kudu mengetahui beberapa hal, di antaranya:
1. Informasi. Yup, informasi, bukan bahasa. Informasi adalah batu-bata penyusun berita yang yang efektif. Tanpa informasi, walah jangan harap kamu bisa menulis berita itu dengan baik. Jangankan nggak punya informasi, informasinya nggak lengkap saja bakalan kewalahan bikin beritanya. Pokoknya, ada yang ganjal saja, karena tulisan jadi kurang menggigit. “Prosa adalah arsitektur, bukan dekorasi interior,” kata Ernest Hemingway. Untuk bisa menulis prosa yang efektif, pertama kali kamu kudu mengumpulkan kepingan informasi serta detil konkret yang spesifik dan akurat. Oke, kalo mau jadi wartawan, biasakan getol nyari berita. Jangan tanggung-tanggung, gali terus informasi sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. Oke? (tip khusus tentang ini, kamu bisa tengok lagi pada bab tentang “Jadi Peneliti Kecil-kecilan”).
2. Siginifikansi. Maksudnya, berita kudu memiliki informasi penting; yakni memberi dampak pada pembaca. Misalnya aja, penulisnya mengingatkan pembaca kepada sesuatu yang mengancam kehidupan mereka. Contohnya? Menulis tentang kesehatan seperti tentang kasus SARS yang kian menggila belakangan ini, juga tentang kemakmuran dan kesadaran mereka akan nilai-nilai. Misalnya nilai ajaran agama. Sebagai wartawan, kamu kudu memberikan infromasi yang ingin dan penting diketahui pembaca. Nah, supaya oke, kamu kudu meletakkan informasi itu dalam sebuah sudut pandang yang berdimensi; mengisahkan apa yang telah, sedang dan akan terjadi. Kalo kamu menulis berita tentang bahaya narkoba, maka bisa ditulis berita tentang korban narkoba di masa lalu, saat ini, dan bahaya yang mengancam jika masalah narkoba nggak selesai. Kira-kira begitu deh.
3. Fokus. Betul, kegagalan seorang penulis berita adalah ketika menyampaikan berita secara sporadis, alias semrawut. Nggak fokus. Berita yang sukses dan oke biasnya justru pendek, terbatasi secara tegas dan sangat fokus. “Less is more,” kata Hemingway. Oke banget kan? Itu sebabnya, tulisan yang ringkas memberi kesan tangkas dan penuh vitalitas, tanpa kata yang tak perlu dalam kalimatnya dan tanpa kalimat yang tak perlu dalam paragrafnya.
Tulisan yang ringkas nggak ubahnya sebuah lukisan yang tegas (tanpa garis yang tak perlu) atau mesin yang efektif (tanpa suku cadang yang nggak berfungsi). Semua tulisan itu layak en sayang banget kalo dilewatkan dalam membacanya. Jadi, luruskan apa saja yang berliku-liku. Gergaji deh apa yang terasa bergerigi. Berperanglah melawan kekaburan, sebab pernyataan yang abstrak adalah racun maut bagi seorang penulis. Hati-hati yo… Jadi, tulisan yang baik hanya mengatakan satu hal. Mereka mengisahkan seorang serdadu atau seorang korban, bukan pertempuran. “Don’t were about Man, write about a man,” kata Elwyn Brooks White, seorang humoris Amrik. Untuk membantu kamu memahami ini, silakan silakan baca kembali tentang bab “Hemat Kata”, dan “Kerangka Karangan”. Oke?
4. Konteks. Walah, apa pula ini maksudnya? Tenang sobat, kamu lagi belajar tentang konseo menulis berita yang oke. Begini. Tulisan yang efektif mampu meletakkan informasi pada perspektif yang tepat sehingga pembaca tahu dari mana kisah berawal dan ke mana mengalir, serta seberapa jauh dampaknya. Sobat muda muslim, tugas seorang penulis adalah membuat sesuatu informasi yang dikumpulkan dan dilaporkan menjadi jelas bagi pembaca. Ketidakmampuan menekankan kejelasan adalah kegagalan seorang penulis. Bagian-bagian yang rumit pecahlah dalam serpihan yang mudah dicerna. Gunakan contoh: seseorang untuk mewakili sebuah kelompok atau penduduk desa. Sebuah contoh seringkali menghadirkan suasana secara dramatis dan hidup. “Kematian 10000 ribu orang adalah statistik, tapi kematian satu orang adalah tragedi,” kata Josep Stalin.
Jadi gambarkan sebuah topik melalui ungkapan yang mudah dipahami pembaca.
Misalnya kalo kamu akan menuliskan tentang strategi militer, bisa kamu gambarkan tentang pertandingan sepakbola. Rencana keuangan perusahaan dapat digambarkan melalui rencana anggaran OSIS, misalnya. Pokoknya sesederhana mungkin, yang tujuannya adalah untuk memudahkan pembaca memahami tulisan kita.
5. Wajah. Di dunia jurnalistik berkembang ‘pameo’, seorang fotografer tahu bahwa gambar yang tidak menyertakan unsur kehidupan (manusia dan binatang) hanya akan berakhir di keranjang sampah. Nah, begitu pula dengan tulisan. Jurnalisme itu menyajikan gagasan dan peristiwa; tren sosial, penemuan ilmiah, opini hukum, perkembangan ekonomi, krisis internasional, tragedi kemanusiaan, dinamika agama, dsb. Tulisan yang disajikan itu berupaya mengenalkan pembaca kepada orang-orang yang menciptakan gagasan dan menggerakkan peristiwa. Atau menghadirkan orang-orang yang terpengaruh oleh gagasan dan peristiwa itu. Inilah yang saya maksud tulisan jusrnalistik itu harus ‘berwajah’.
Tulisan akan efektif banget jika kamu mampu ngambil jarak dan membiarkan
pembacanya bertemu, berkenalan serta mendengar sendiri gagasan/informasi/perasaan dari manusia-manusia di dalamnya, “Don’t say the old lady screamed-bring her on and let her scream,” kata Mark Twain, seorang jurnalis dan noveli pengarang The Adventure of Tom Sawyer.
Sobat muda muslim, yakinlah bahwa manusia itu suka membaca tulisan tentang manusia lainnya. Bahkan kalo nggak ada unsur manusia, misalnya kita berbicara tentang mesin, kita kadang-kadang kudu membuat personifikasi, alias perumpamaan. Ya, kalo kamu nyimak iklan di televisi belakangan ini tentang minyak pelumas, iklannya merasa kudu pake David Beckham. Ujungnya, “Kalo pengen lari secepet Beckham, pakailah…. (nama sebuah minya pelumas)” Ya, itulah manusia. Kamu kudu ngeh, oke?
6. Lokasi/Tempat. Sobat muda, pembaca menyukai banget “sense of place”. Kamu bisa membuat tulisan jadi lebih hidup jika menyusupkan “sense of place”. Bener lho. Misalnya aja kamu tulisan seperti apa lokasi tempat terjadinya pembunuhan, bagaimana suasana di balik panggung pertunjukkan, bisa juga kamu gambarkan tentang suasana jalannya pertandingan sepakbola yang menegangkan saat kedua klub itu bermain hidup-mati untuk mengejar gelar juara atau menghindari jurang degdradasi. Seru deh.
Misalnya aja terjadi sebuah kecelakaan mobil yang masuk jurang. Kamu bisa
menuliskannya dengan detil, seperti berapa kedalaman jurang, di sana ada air atau Cuma batu-batu besar eksplor terus biar terkesan dramatis. Kamera televisi itu bisa menampilkan pemandangan yang sesungguhnya, dalam warna dan detil. Nah, penulis tentu agak kesulitan untuk menggambrkan itu. Maka, ia harus bekerja keras untuk bisa melukiskan tempat itu di pikiran pembaca. Karena, adakalanya tempat kejadian itu nggak pernah diketahui sebelumnya oleh beberapa pembaca. Intinya, kita berupaya untuk menyentuh indera pembaca. Membuat mereka melihat cerita dalam detil visual yang kuat–dan juga dalam konteks yang tepat–membuat mereka mendengar, meraba, merasakan, membaui, dan mengalaminya. Kamu pasti bisa membuatnya. Coba yaa..
7. Suara. Sobat, kita nggak boleh lupam, bahkan dalam abad komunikasi massa seperti sekarang, kegiatan membaca tetap saja bersifat pribadi; yakni seorang penulis bertutur kepada seorang pembaca. Tulisan akan mudah diingat jika mampu menciptakan ilusi bahwa seorang penulis tengah bertutur kepada seorang pembacanya. Jadi, gunakan kalimat aktif. Bila perlu berbau percakapan.
Media massa cetak yang baik tak ubahnya seperti pendongeng yang memukau.
Bukan pendongeng yang gagap. Nah, kata kerja adalah mesin pendorong sebauh cerita. Itu sebabnya, gunakan kata kerja aktif ketimbang yang pasif. Penulis berita ‘wajib’ merasa gagal saat menggunakan kata sifat, ketika tak bisa menemukan kata kerja yang benar atau kata benda yang benar. Ya, intinya, tulisan itu kudu enjoy untuk dibaca.
Penulis yang baik juga mampu menghadirkan warna suara yang konsisten ke selruuh cerita, tapi menganekaragmkan volume dan ritme untuk memberi suara tekanan pada makna (dengan memberikan variasi pada panjang-pendek alinea, kalimat dan kata). Oke deh, gampangnya kamu bisa membaca berita di koran-koran or majalah-majalah. Rasakan sendiri bedanya. Oke?
8. Anekdot dan Kutipan. Kamu perlu paham bahwa anekdot, sebuah kutipan, sebuah dialog pendek, atau sebuah deskripsi dapat mengubah irama di mana pembaca bisa terikat sepanjang cerita dan membuat tulisan itu lebih hidup. Untuk menggambarkan istilah ini, ibarat pertandingan sepakbola. Kalo ada playmaker yang handal dalam tim itu, ia pandai mengatur irama permainan, kapan menyerang, kapan bertahan, kapang juga menekan dengan umpan-umpan pendek dari kaki ke kaki, atau bisa juga menyusun serangan dari sayap. Pokoknya, membuat permainan enak ditonton.
Anekdot adalah sebuah kepingan kisah singkat antara satu hingga lima alinea-
“cerita dalam cerita”. Anekdot umumnya menggunakan seluruh teknik dasar penulisan fiksi; narasi, karakterisasi, dialog, suasana. Semua itu dibuat dengan tujuan untuk mengajak pembaca melihat cerita dalam detil visual yang kuat. Kata orang-orang sih, anekdot sering dianggap sebagai ‘permata’ dalam cerita.
Kutipan dalam tulisan berita memberikan otoritas. Siapa yang mengatakannya? Seberapa dekat keterlibatannya dengan suatu peristiwa dan masalah? Apakah kata-katanya patut didengar? Kutipan juga memberikan vitalitas karena membiarkan pembaca mendegar suara lain selain si penulis. Oya, kamu kudu hati-hati untuk tidak terlalu banyak mengutip atau terlalu sedikit mengutip. Ya, yang sedang-sedang saja. Iya dong, kalo kebanyakan mengutip, kapan kamu nulisnya? Atau terlalu sedikit, malah banak pendapat kamu nati di situ. Padahal, berita itu kan harus objektif. Katanya sih begitu. Meski fakta yang berkembang saat ini tentang berita jadi suka bias. Bahkan kesannya udah ditempeli dengan opini si penulis berita. Istilah kerennya, berita sekarang adalah “realitas tangan kedua”, alias udah disaring sesuai dengan keingian si penulis atau visi media tersebut.
Oke deh, ini sekadar sekilas tip. Menulis berita juga adalah komoditi dari menulis itu sendiri. Itu sebabnya, kamu bisa menggabungkan seluruh tip yang pernah kamu pelajari dan menggabungkannya dengan tip khusus menulis berita itu. Oke deh, udah sekarang udah siap kan jadi wartawan. Ya, minimal jadi wartawan cilik. He…he..he.. tetap semangat sobat![O. Solihin]













ena poros online

23 December 2007

Teknik Wawancara dan Menulis Berita

Filed under: teknik penulisan — penaonline @ 12:47 am
Teknik Wawancara dan Menulis Berita
Oleh : Mulyadi
Yang dimaksud berita dari segi pendekatan jurnalistik  ialah peristiwa yang telah dimuat dalam suatu media cetak, atau disiarkan lewat radio atau televisi.
Mengapa orang membaca berita? Tentu bukan sekedar ingin mengisi waktu luang. Orang membaca berita karena ingin mengetahui perkembangan situasi lingkungan sekitarya.
Kriteria Kelayakan Berita
Apakah semua peristiwa layak dijadikan berita? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi berita, antara lain:
1.      Penting. Pengesahan RUU Sisdiknas adalah penting, karena menyangkut kepentingan rakyat banyak, yang menjadi pembaca media bersangkutan. Maka layak jadi berita. Ini juga relatif tergantung dari khalayak pembaca yang dituju. Isu Amien Rais menjadi calon presiden tentu penting untuk dimuat di Harian Republika, tetapi kurang penting dimuat di Majalah Gadis, karena khalayak pembacanya berbeda.
2.      Baru terjadi, bukan peristiwa lama. Peristiwa yang telah terjadi pada 10 tahun yang lalu jelas tidak bisa jadi berita.
3.      Unik, bukan sesuatu yang biasa. Seorang mahasiswa yang kuliah tiap hari adalah peristiwa biasa. Tetapi jika mahasiswa berkelahi dengan dosen di dalam ruang kuliah, itu luar biasa.
4.      Asas keterkenalan. Kalau mobil anda ditabrak mobil lain, tidak pantas jadi berita. Tetapi kalau mobil yang ditumpangi putri Diana ditabrak mobil lain, itu jadi berita dunia.
5.      Asas kedekatan. Asas kedekatan ini bisa diukur secara geografis maupun kedekatan emosial. Banjir di Cina yang telah menghanyutkan ratusan orang, masih kalah nilai beritanya dibandingkan banjir yang melanda Jakarta, karena lebih dekat dengan kita.
6.      Magnitude (dampak dari suatu peristiwa). Demonstrasi yang dilakukan oleh 10.000 mahasiswa tentu lebih besar magnitudenya dibanding demonstrasi oleh 100 mahasiswa.
7.      Trend. Sesuatu bisa menjadi berita ketika menjadi kecenderungan yang meluas dimasyarakat. Misalnya, sekarang orang mudah marah dan mudah membunuh pelaku kejahatan kecil (pencuri, pencopet) dengan cara dibakar hidup-hidup.
Teknik Wawancara
Berita sebagai produk jurnalistik hanya bisa lahir dari fakta-fakta yang ada di masyarakat. Dan di balik fakta-fakta itu tentu ada aktornya. Untuk kelahiran sebuah produk jurnalistik yang sehat, jurnalis harus mampu membuat si aktor bicara. Cara efektif untuk itu, tidak ada lain, kecuali dengan jalan melakukan wawancara.
Dalam aktifitas jurnalistik, sebuah wawancara sudah barang tentu memerlukan berbagai sentuhan  teknik dalam aplikasinya. Dan berbicara ikhwal teknik wawancara, tentu saja kita  akan berhadapan dengan sesuatu yang dinamis bahkan progresif dan juga fleksibel. Artinya, teknik wawancara itu bukan merupakan sesuatu yang musti baku, kaku, apalagi sakral. Teknik itu berkembang  secara dinamis seiring dengan perkembangan masyarakat. Karenanya, para jurnalis juga dituntuk untuk senantiasa memberdayakan diri sesuai tuntutan jaman.
Terpenuhinya prinsip-prinsip keberimbangan bagi sebuah berita, hanya bisa ditempuh dengan wawancara. Dan sekali lagi, hanya dengan wawancara, maka berita sebagai hasil karya jurnalistik akan memiliki daya hidup sekaligus bisa dipertanggungjawabkan. Sebab, dengan wawancara, fakta-fakta dari masyarakat yang dihimpun wartawan akan terekonstruksi dengan baik.
Namun, Wartawan tidak boleh mengabaikan anatomi persoalan yang terkait dengan temuan fakta-fakta tersebut di lapangan. Dan untuk persoalan-persoalan tertentu, Wartawan wajib  memetakannya. Penyiapan anatomi  persoalan itu bahkan merupakan langkah awal sebelum berlangsungnya sebuah wawancara. Bermutu tidaknya sebuah wawancara, biasanya justru lebih banyak ditentukan oleh hal  tersebut. Misalnya, seorang Wartawan  ingin mengetahui secara detail tentang posisi, peran dan sumbangan intelektual dalam mendorong demokrasi  di Indonesia, maka Wartawan harus mampu menggambarkan  bagaimana kaum intelektual Indonesia mengembangkan wacana yang beragam atas wacana  resmi  Orde Baru di sekitar tema-tema pokok “Pembangunan”, “Dwi fungsi”, “Demokrasi Pancasila”,”Persatuan dan kesatuan” serta  “Sara”. Itu yang penting !.
Dari sana akan bisa dibuat kategori-kategori  intelektual Indonesia. Dan mungkin saja akan segera terpetakan adanya  intelektual  ortodoks, revisionis dan mungkin oposisionis. Secara demikian, setidaknya telah tercipta sarana pemahaman baru yang lebih memadai tentang intelektual Indonesia.
Untuk sampai pada pemahaman itu, seorang Wartawan harus memiliki referensi cukup tentang berbagai bidang yang diminati. Jadi, wawancara seorang jurnalis hanya akan sukses dan bermutu, manakala ia telah memiliki kesiapan seperti dimaksud. Namun, yang justru tampak rumit,  adalah aktifitas di balik teknik wawancara itu.
Adapun teknik wawancara bisa dikelompokkan menjadi dua (2) bagian.
1.            Teknik verbal yang betul-betul memerlukan alat bantu hard ware  yang diperlukan.
2.            Teknik substansial – teknik yang terkait dengan kemampuan jurnalis dari segi ketajaman nuraninya dalam menentukan pilihan tema, tempat dan saat yang tepat bagi berlangsungnya sebuah wawancara. Disini perlu adanya ketajaman analisis sosial.
Itulah pentingnya seorang Wartawan menguasai materi yang hendak diwawancarakannya terhadap narasumber. Hanya dengan cara seperti itu, ia mampu memperoleh informasi banyak dan akurat serta signifikan.
Konkritnya, beberapa hal dibawah ini bolehlah dianggap sebagai tip untuk menunjang suksesnya sebuah wawancara.
1.            Wartawan harus memakai kalimat tanya yang bisa membuahkan jawaban obyektif.
2.            Pertanyaan harus selalu diusahakan dengan menggunakan kalimat pendek dan mudah dimengerti.
3.            Tidak boleh segan-segan mengajukan pertanyaan ulang atas hal-hal yang belum jelas untuk dimengerti.
4.            Tahu momentum yang tepat. Juga tahu apa yang layak dan tidak layak untuk ditanyakan, sekaligus cara bertanya yang pas.
5.            Jauhi pertanyaan yang bernada menggurui.
6.            Hindari gaya interogasi.
7.            Hindari pertanyaan yang sifatnya mencari legitimasi dari frame pemikiran  yang sebetulnya sudah dimiliki.
8.            Hindari pertanyaan yang bersifat menguji nara sumber.
9.            Tumbuhkan sifat empaty dalam wawancara.
10.        Untuk hal-hal yang spesifik, wartawan perlu terlebih dahulu memaparkan persoalan yang hendak dimintakan pendapat dari nara sumber.
11.        Hindari kalimat tanya yang bersifat mengadu domba.
12.        Buat pertanyaan yang mampu menggugah daya nalar, ingatan serta perspektif  nara sumber.
Ke dua belas tips itu, mungkin akan menjadi jaminan suksesnya sebuah wawancara. Tetapi, mungkin juga takkan berguna apa-apa, jika tidak diimbangi dengan kemampuan jurnalistik individu yang mengoperasikannya. Karena itu pula, seorang jurnalis ”haram” mendatangi nara sumber dengan kepala kosong.
Persiapan Wawancara
Ada beberapa persiapan yang harus anda lakukan sebelum melakukan wawancara, diantaranya:
  1. Penentuan tema. Mengapa suatu tema harus diangkat? Kenapa harus sekarang? Pertama-tama tanyakan pada diri anda sendiri – mengapa kasus dibawakan sekarang? Dari awal harus sudah jelas peran apa yang akan anda bawakan – informasi apa yang anda mau dari narasumber, apakah perspektifnya, dimana mereka akan anda posisikan.
  2. menentukan Angle. Angle atau sudut pandang sebuah berita ini dibikin untuk membantu tulisan supaya terfokus. Kita tidak mungkin menulis seluruh laporan tentang apa yang kita lihat, atau menulis seluruh uraian yang disampaikan oleh narasumber. Tulisan yang tidak terfokus hanyalah akan membingungkan pembaca. Untk mebentukan angle salah satu cara yang termudah adalah membuat sebuah [pertanyaan tunggal tentang apa yang mau kita tulis. Jawaban pertanyaan tidak boleh melebar kemana-mana. Hal-hal yang tidak relevan dengan angle sebaiknya tidak ditanyakan. Jika ada informasi lain yang disampaikan maka bisa dibuat judul lain. Atau informasi yang sangat penting tersebut tidak cukup untuk dibuat dalam berita tersendiri, maka bikinlah sub judul.
  3. Susunlah outline. Agar memudahkan dalam wawancara maka sebaiknya anda menyusun kerangka berita (outline) atau istilah yang lebih lazim flowchart. Outline berisi antara lain:
    1. Tema berita
    2. Angle
    3. Latar belakang masalah
    4. Narasumber
    5. Daftar pertanyaan 
 Mengumpulkan Informasi dengan Tepat
Ketidak akuratan (kesalahan) dalam pemberitaan kebanyakan disebabkan oleh kelalaian (kesembronoan) yang tidak disengaja. Seorang reporter mungkin tidak menggunakan waktu secukupnya untuk mengecek informasinya sebelum menulis berita. Kemudian ia salah menuliskan nara sumber berita.
Seorang wartawan kawakan akan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari kesalahan fakta:
  1. Bila anda mewawancarai seseorang, tanyakan nama, umur, alamat, dan nomor teleponnya. Setelah mengumpulkan informasi, ejalah namanya dan bacakan informasi yang anda peroleh (tangkap) sehingga sumber berita bisa mengoreksinya. Nomor telepon tidak ditulis dalam berita, namun reporter harus mengetahuinya untuk mengadakan kontak dengan sumber berita tersebut.
  2. Bila informasi nara sumber anda peroleh dari tangan kedua, harap dicek pada sumber berita untuk membetulkannya.
  3. Jangan sekali-kali beranggapan bahwa bahwa anda mengetahui semuanya. Anda selalu harus mengecek ulang setiap informasi yang penting.
  4. Bila tulisan anda menyangkut materi yang rumit, pastikanlah dulu bahwa anda mengetahui hal itu.
Umumnya seorang wartawan mengambil peranan sebagai seorang pembaca kebanyakan, dan megajukan pertanyaan sesuai dengan posisi itu.
  1. Bila menggunakan statistik atau data matematis, reporter harus mengecek angka-angkanya dan menghitung. Banyak wartawan yang berdalih bermacam-macam bila seorag pembaca yang kritis mengirim surat ke redaksi dan menunjukkan perhitungan yang keliru dalam tulisan wartawan.
Statistik harus dicermati benar dengan penuh kecurigaan. Anda bisa membuktikan apa saja dengan statistik, tergantung bagaimana cara anda menyajikannya dan apa saja yang anda masukkan atau tinggalkan. Tanyakanlah kepada sumber secara cermat untuk meyakinkan kebenaran angka-angka tersebut.
Seorang reporter tidak boleh membiarkan dirinya menjadi alat untuk menipu masyarakat. Kekritisan dan pengecekan yang teliti sering bisa menghindarkan hal it terjadi.

Teknik Penulisan Berita
Setelah mendapat informasi dari lapangan, maka tugas reporter selanjutnya adalah menyampaikan informasi tersebut kepada pembaca secara cepat, jelas, dan akurat.
Unsur-Unsur Suatu Berita
Berita yang baik umumnya harus memenuhi unsur: 5 W + 1 H
Yakni: (Who, What, Where, When, Why) + How
Atau : (Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa) + Bagaimana
Kriteria Khusus:
  1. kebijakan redaksional/misi media. Masing-masing media memiliki kebijakan redaksional dan misi yang berbeda.
  2. Pendekatan keamanan (ancaman pembredelan, dan sebagainya). Berita yang mengkritik keras korupsi dan kolusi antara penguasa dan pengusaha bisa berujung pada pembredelan atau teguran terhadap media yang bersangkutan. Atau bisa memakan korban wartawan media itu sendiri, seperti kasus yang menyebabkan terbunuhnya wartwan Bernas, Fuad Muhammad Syafruddin.
  3. kepekaan masyarakat pembaca dan kemungkinan dampak negatif berita terhadap pembaca. Misalnya untuk isu-isu yang menyangkut SARA (suku, Agama, Ras, dan antar golongan). Atau bisa menyinggung perasaan atau martabat pembaca.
Beberapa Macam Berita:
Dari segi sifatnya, kita kenal dua macam: Hard News dan Soft News.
Hard News/Straight Newsberita yang lugas, singkat, langsung kepokok persoalan dan fakta-faktanya. Biasanyaharus memenuhi unsur 5W+1H secara ketat dan harus cepat-cepat dimuat, karena terlamba sedikit bisa basi. Istilah Hard News lebih mengacu pada isi berita, sedangkan istilah Straight News lebih mengacu pada cara penulisannya (struktur penulisanya).
Soft News: beritayang dari segi struktur penulisannya relatif lebih luwes, dan dari segi isi tidak terlalu berat. Soft news umumnyatidak terlalu lugas, tidak kaku, atau ketat khususnya dalam soal waktunya. Misalnya tulisan untuk menggambarkan kesulitan yang dihadapi rakyat kecil akibat krisis ekonomi. Selama krisis ekonomi masih berlanjut, berita itu bisa diturunkan kapan saja. Biasanya lebih banyak mengangkat aspek kemanusiaan (human interest).
Dari segi bentuknya, soft news masih bisa kita perinci lagi menjadi dua: News Features dan Feature. Feature adalah teknik penulisan yang khas berbentuk luwes, tahan lama, menarik, strukturnya tidak kaku, dan biasanya megangkat aspek kemanusiaan. Pada hakekatnya penulisan feature adalah seorang yang berkisah. Ia melukis gambar dengan kata-kata, ia menghidupkan imajinasi pembaca, ia menarik pembaca kedalam cerita dengan mengidentififkasikan diri dengan tokoh utama. Panjang tulisan feature bervariasi dan boleh ditulis seberapa panjang pun, sejauh masih menarik.
Sedangkan News Feature adalah Feature yang mengandung unsur berita. Misalnya tulisan yang menggambarkan peristiwa penangkapan Tommy Suharto oleh polisi, yang diawali dengan penyadapan telepon dengan bantuan Roy Suryo seorang pakar Multimedia dan Komunikasi, pembongkaran ruang bawah tanah, sampai proses tertangkapnya disajikan secara seru, menarik, dan dramatis. Seperti menonton film saja.
Struktur Penulisan Berita
Hard news/straight news biasanya ditulis dalam bentuk struktur “piramida terbalik” yakni inti berita ditulis pada bagian paling awal, dan hal-hal yang tidak penting ditulis belakangan.
Soft news, News Feature dan Feature ditulis dengan gaya yang tidak kaku. Hal-hal yang penting bisa ditulis di bagian awal, namun juga tidak mutlak. Yang pening tetap menarik untuk dibaca. Lebih jauh mengenai teknik penulisan Feature akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
Penulisan Judul
Judul merupakan inti dari teras berita. Judul harus jelas, mudah dimengerti dengan sekali baca dan menarik, sehingga mendorong pembaca untuk mengetahui lebih lanjut isi tulisan. Selain itu judul juga harus menggigit, perlu kejelasan makna asosiatif setiap unsur Subyek, Obyek, dan Keterangan.
Panjang judul maksimal dua baris terdiri atas empat hingga enam kata. Bila panjang judul satu baris, maksimal terdiri atas lima kata. Untuk judul berita utama maksimal lima kata.
Semua kata di dalam judul dimulai dengan huruf besar, kecuali kata sambung seperti dan, di, yang, bila, dalam, pada, oleh, dan kata tugas lainnya yang ditentukan redaksi.
Penulisan judul tidak boleh dimulai dengan angka. Hindari penggunaan singkatan yang tidak populer. Judul bersifat tenang dan tidak bombastis.




















Ayo Bangkit


Hari ini tanggal 28 oktober 2010 bangsa kita memperingati hari sumpah pemuda. sambil mendengarkan presentasi temen yang saya tidak faham tentang apa, saya iseng bermain main angka 28-10-2008. pertama saya coba jumlahkan hari, bulan, tahun dengan nilai maksimum 10. hari, 2+8=10; bulan karena sudah sepuluh saya biarkan saja. tahun 2+0+0+8=10. ternyata baik hari,bulan, maupun tahun menuju ke angka 10. saya bisa sebut sebagai angka kesempurnaan. nilai 10 biasanya menjadi nilai tertinggi di buku rapot. so, hari ini 28-10-2008 merupakan hari yang sangat istimewa karena merupakan hari kesempurnaan.
setelah itu, hari, bulan, dan tahun yang sekarang sama sama bernilai 10 kita coba jumlahkan lagi. 1+0=1. sekarang hari, bulan, dan tahun menunjuk ke angka 1. saya saya senang ketika dulu sekolah menjadi rangking 1 di kelas. angka ini saya simbolkan dengan kejayaan.
dari hitung-hitungan ala herianto ini dan dengan mengucap kata “Bismillah”, saya bertekad untuk menjadikan hari ini 28-10-2008 sebagai hari kebangkitan bagi saya pribadi dan keluarga. saya dan keluarga ingin menjadikan hari ini sebagai momentum dalam mencapai kesuksesan dunia dan akherat. kami ingin hari yang saya simbolkan dengan kesempurnaan dan kejayaan sebagai titik awal menuju kebahagiaan dunia dan akherat.
mari kita jadikan momentum ini sebagai kebangkitan diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan dunia.
  • kalau bukan dari diri, trus dari mana ?
  • kalo bukan dari sekarang, trus kapan ?
wassalamualaikum

Kehidupan Akhirat


Perinsip iman kepada kehidupan abadi akhirat merupakan salah satu poin penting dalam konsepsi Islam tentang kosmos (alam semesta) dan merupakan ajaran dasar Islam. Iman kepada akhirat merupakan syarat mutlak untuk menjadi Muslim. Tidak beriman kepada akhirat berarti bukan Muslim.

Setelah syahadat (pengakuan akan monoteisme), iman kepada akhirat merupakan ajaran paling penting yang disampaikan semua nabi tanpa kecuali. Para teolog akademis Islam menyebutnya ajaran Kebangkitan.

Dalam Al-Qur'an terdapat ratusan ayat mengenai Hari Pengadilan, kehidupan setelah mad, bangkit dari kematian, buku amal, surga, neraka, keabadian akhirat dan soal-soal lain yang berkaitan dengan alam setelah kematian. Dalam dua belas ayat, iman kepada Hari Terakhir secara formal disebut setelah iman kepada Allah SWT.

Al-Qur'an menggunakan beragam ungkapan untuk menunjukkan Hari Kebangkitan. Satu persatu ungkapan ini penuh dengan makna irfan. Hari Terakhir merupakan salah satunya. Dengan menggunakan ungkapan ini Al-Qur'an ingin kita memperhatikan dua poin:

Bahwa kehidupan manusia, dan sungguh sepanjang waktu eksistensi dunia, dibagi menjadi dua periode. Masing-masing periode dapat disebut hari. Hari Pertama (periode durasi dunia ini) akan berakhir, namun Hari Terakhir (periode durasi akhirat) tak ada akhirnya. Al-Qur'an menyebut kehidupan dunia ini hari pertama dan menyebut kehidupan akhirat hari terakhir. (lihat QS. al-Lail: 3 dan adh-Dhuhâ: 4)

Bahwa sekarang pun ketika kita masih berada dalam periode pertama dan belum mencapai periode kedua dan hari kedua, sukses dan keselamatan kita selama hari ini maupun hari itu tergantung pada iman kita. Dengan iman, kita lalu memperhatikan amal baik dan reaksinya. Kita harus mengerti bahwa seperti kita, pikiran kita, perbuatan kita dan kebiasaan kita juga, dari yang paling kecil sampai yang paling besar, ada hari pertama dan hari terakhirnya. Kata dan perbuatan kita selama hari pertama tidak sirna, melainkan terus eksis dan akan dimintai pertanggung jawaban pada Hari Pengadilan. Karena itu kita harus berusaha keras agar diri kita, perbuatan kita dan niat kita lurus, agar kita tidak berpikir serta berbuat buruk. Jadi kita harus selalu melangkah ke depan dengan taat hukum dan perilaku yang baik, karena pada iman kita bergantung kebahagiaan kita di hari itu, Perilaku manusia di dunia inilah yang membuat hidupnya di akhirat bahagia atau sengsara. Itulah sebabnya Al-Qur'an memandang iman kepada akhirat atau Hari Terakhir sebagai syarat mutlak kebahagiaan manusia.
Sumber Iman kepada Kehidupan Akhirat

Sumber pokok iman kepada kehidupan abadi akhirat adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada umat manusia melalui para nabi. Setelah mengakui Allah, beriman kepada kebenaran para nabi dan mengetahui dengan pasti bahwa apa yang disampaikan para nabi memang berasal dari Allah SWT dan karena itu benar, lalu manusia beriman kepada Hari Kebangkitan dan kehidupan abadi akhirat. Prinsip keyakinan religius ini digambarkan oleh para nabi sebagai ajaran terpenting setelah tauhid.

Dengan begitu, derajat iman seseorang kepada kehidupan akhirat tergantung, di satu pihak, pada derajat imannya kepada Kenabian dan kebenaran para nabi, dan di pihak lain, pada derajat kebenaran dan rasionalitas konsepsinya mengenai akhirat, dan keterbebasannya dari pikiran-pikiran kotor dan bodoh.

Selain wahyu Allah SWT yang disampaikan oleh para nabi, ada beberapa metode lain untuk beriman kepada akhirat. Melalui upaya intelektual dan ilmiah, manusia dapat melihat, setidak-tidaknya, beberapa indikasi kuat yang mendukung apa yang dikatakan para nabi tentang akhirat. Metode-metode ini adalah:

(i) dengan jalan mengenal Allah SWT; (ii) dengan jalan mengenal dunia; (iii) dengan jalan mengenal roh dan mentalitas manusia. Untuk saat ini kami tak akan membahas metode-metode ini yang memerlukan deretan panjang argumen filosofis dan ilmiah. Kami hanya akan membahas metode Kenabian dan wahyu saja. Karena Al-Qur'an sendiri, dalam beberapa ayatnya, dengan jelas menyebutkan metode-metode ini, dan dalam beberapa ayat lainnya meng-isyaratkan ke arah metode-metode ini, maka kami akan membahasnya pada bagian selanjutnya di bawah judul Argumen Al-Qur'an tentang Akhirat. Agar soal kehidupan abadi akhirat bisa jelas dari sudut pandang Islam, maka perlu dilihat soal-soal berikut:

(i) Karakter hakiki kematian.

(ii) Kehidupan setelah mati.

(iii) Barzakh.

(iv) Kebangkitan.

(v) Hubungan kehidupan dunia dengan kehidupan setelah kematian.

(vi) Eksistensi abadi amal perbuatan manusia dalam bentuk fisik.

(vii) Karakter umum dan khas kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

(viii) Argumen Al-Qur'an mengenai akhirat.

Karakter Hakiki Kematian

Apa kematian itu? Apakah kematian adalah kehancuran, kemusnahan, dan non-eksistensi, ataukah suatu perubahan, perkembangan dan peralihan dari satu dunia ke dunia lain? Inilah pertanyaan yang selalu menarik perhatian manusia. Setiap orang ingin menemukan sendiri jawabannya atau menerima jawaban yang sudah ada. Karena kita ini Muslim, maka kita ingin memberikan jawaban untuk pertanyaan ini dari Al-Qur'an, dan kita percaya pada apa yang dikatakan Al-Qur'an dalam hal ini.

Al-Qur'an memiliki penjelasannya sendiri mengenai karakter hakiki kematian. Al-Qur'an menggunakan kata "tawaffâ dalam kaitan ini. Arti kata ini adalah menerima penuh. Empat belas ayat Al-Qur'an menggunakan ungkapan ini. Semua ayat ini menunjukkan bahwa, dari sudut pandang Al-Qur'an, arti kematian adalah masuk ke dalam penjagaan. Dengan kata lain, ketika mati manusia memasuki penjagaan otoritas-otoritas ilahiah yang menerimanya tanpa batas. Dari ungkapan ini dapat disimpulkan beberapa poin:

(i) Arti kematian bukanlah kesirnaan dan kemusnahan. Kematian hanyalah peralihan dari satu dunia ke dunia lain, dan dari satu tahap kehidupan ke tahap kehidupan lain. Setelah kematian, kehidupan manusia berlanjut, meski bentuknya berbeda.

(ii) Yang membentuk manusia dan dirinya bukanlah tubuhnya serta sistem fisis dan penunjangnya, yang di dunia ini berangsur-angsur mengalami kerusakan dan kehancuran. Yang sesungguhnya membentuk personalitas dan ego manusia adalah apa yang oleh Al-Qur'an digambarkan sebagai "diri" dan terkadang "jiwa".

(iii)Jiwa atau diri manusia merupakan konstituen sejati personalitasnya. Manusia tidak mati, karena jiwa atau rohnya tidak mati. Rohnya eksis di sebuah cakrawala yang letaknya di atas cakrawala materi dan hal-hal material. Meskipun ini merupa­kan hasil dari evolusi esensi fenomena alam yang mengalami transformasi menjadi jiwa atau roh sebagai akibat dari evolusinya, namun cakrawalanya mengalami perubahan dan menjadi sesuatu dari alam lain yang di luar alam semesta. Ketika mati, roh beralih ke kelas lain, yaitu kelas roh. Dengan kata lain, realitas di luar materi ini kini berada dalam penjagaan malaikat. Al-Qur'an mengemukakan poin bahwa manusia adalah sebuah realitas yang kelasnya di luar materi. Mengenai Adam as, manusia pertama, Al-Qur'an mengatakan,
"Dan telah meniupkan ke dalamnya roh-Ku." (QS. al-Hijr: 29)

Soal roh dan kelangsungan hidupnya setelah mati merupakan salah satu ajaran pokok Islam. Separo dari ajaran-ajaran Islam yang tak dapat diingkari itu didasarkan pada doktrin bahwa roh tak bergantung pada tubuh, dan roh masih terus eksis meski manusia telah mati. Semua nilai manusiawi sejati didasarkan pada kebenaran ini. Tanpa kebenaran ini, nilai-nilai tersebut tak lebih dari imajinasi belaka.

Semua ayat yang berbicara tentang kehidupan setelah mati, beberapa contohnya akan kami kutip, membuktikan bahwa roh adalah sebuah realitas yang tak bergantung pada tubuh dan bahwa roh akan terus ada sekalipun tubuh sudah hancur dan sirna.

Sebagian orang mengira bahwa dari sudut pandang Al-Qur'an tak ada roh atau jiwa. Akhir eksistensi manusia adalah ketika manusia mati. Setelah mati, manusia tak memiliki kesadaran dan juga tak merasa senang atau sakit. Pada saat Kebangkitan, manusia akan mendapat hidup baru, dan pada saat ini sajalah dia akan menemukan kembali dirinya dan dunia. Namun teori ini bertentangan dengan ayat-ayat yang menyebutkan kehidupan setelah mad.

Para pendukung teori ini mengira bahwa orang yang mempercayai eksistensi roh atau jiwa mendasarkan klaimnya pada ayat, "Katdkanlah, roh adalah atas perintah Tuhanku." Mereka mengatakan bahwa meskipun kata "roh" disebut berulang-ulang dalam Al-Qur'an, namun makna roh adalah sesuatu yang berbeda dengan apa yang disebut jiwa. Dalam ayat ini juga arti roh sama dengan yang dimaksud dalam ayat-ayat lain. Orang-orang ini tidak tahu bahwa orang yang mempercayai eksistensi roh tidak mendasarkan argumennya pada ayat ini. Ada sekitar dua puluh ayat lagi yang jelas-jelas menyebut roh atau menyebutnya dalam bentuk kata benda dan kata ganti yang mengungkapkan milik, rangkaian kata sifat dan seterusnya seperti roh Kami, roh-Ku, roh suci, roh dengan Perintah Kami. Mengenai manusia, dikatakan "Dan Aku tiupkan he dalamnya roh-Ku." Ungkapan ini menunjukkan bahwa dari sudut pandang Al-Qur'an ada sebuah realitas yang lebih tinggi daripada malaikat dan manusia, dan realitas inilah yang disebut roh. Sebagai nikmat dari Allah SWT, malaikat dan manusia memiliki realitas ini yang digambarkan sebagai "dengan Perintah-Ku". Ayat "Aku tiupkan ke dalamnya roh-Ku," bersama ayat-ayat lain menunjukkan bahwa roh manusia memiliki realitas yang luar biasa.

Banyak ayat Al-Qur'an bukan saja menegaskan eksistensi mandiri roh manusia, namun pandangan ini juga diperkuat oleh banyak riwayat mutawatir dalam kitab-kitab hadis dan juga diperkuat oleh banyak kalimat dalam "Nahj al-Balaghah". (Lihat Peak of Eloquence (Nahj al-Balaghah atau Puncah Kefasihan, I. S. P. 1984) dan Doa Para Imam Suez)

Faktanya adalah bahwa pengingkaran eksistensi roh merupakan pikiran kotor Barat yang diilhami oleh materialisme Barat. Sayangnya, ada sebagian pengikut Al-Qur'an yang berpikiran seperti ini. Sekarang kami kutip, melalui contoh-contoh, tiga dari empat ayat yang menggunakan kata "tawaffi' untuk kematian. Dalam ayat-ayat ini dikatakan bahwa setelah kematiannya manusia masih melakukan perbuatan-perbuatan seperti yang dilakukannya ketika masih hidup (seperti bicara, berkehendak dan memohon).

(i) Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya din, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu itu?" Mereka menjawab: "Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah). " Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?" Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburu-buruk tempat kembali. (QS. an-Nisâ': 97)

Ayat Suci Dalam Kromosom Manusia

Seorang ilmuwan yang penemuannya sehebat Gallileo, Newton dan Einstein yang berhasil membuktikan tentang keterkaitan antara Alquran dan rancang struktur tubuh manusia adalah Dr. Ahmad Khan. Dia adalah lulusan Summa Cumlaude dari Duke University . Walaupun ia ilmuwan muda yang tengah menanjak, terlihat cintanya hanya untuk Allah dan untuk penelitian genetiknya. Ruang kerjanya yang dihiasi kaligrafi, kertas-kertas penghargaan, tumpukan buku-buku kumal dan kitab suci yang sering dibukanya, menunjukkan bahwa ia merupakan kombinasi dari `ilmuwan dan pecinta kitab suci.

Salah satu penemuannya yang menggemparkan dunia ilmu pengetahuan adalah ditemukannya informasi lain selain konstruksi Polipeptida yang dibangun dari kodon DNA. Ayat pertama yang mendorong penelitiannya adalah Surat "Fussilat" ayat 53 yang juga dikuatkan dengan hasil-hasil penemuan Profesor Keith Moore ahli embriologi dari Kanada.

Penemuannya tersebut diilhami ketika Khatib pada waktu salat Jumat membacakan salah satu ayat yang ada kaitannya dengan ilmu biologi. Bunyi ayat tersebut adalah sebagai berikut: "...Sanuriihim ayatinaa filafaaqi wa fi anfusihim hatta yatabayyana lahum annahu ul-haqq..." Yang artinya; Kemudian akan Kami tunjukkan tanda-tanda kekuasaan kami pada alam dan dalam diri mereka, sampai jelas bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran".

Hipotesis awal yang diajukan Dr. Ahmad Khan adalah kata "ayatinaa" yang memiliki makna "Ayat Allah", dijelaskan oleh Allah bahwa tanda-tanda kekuasaanNya ada juga dalam diri manusia. Menurut Ahmad Khan ayat-ayat Allah ada juga dalam DNA (Deoxy Nucleotida Acid) manusia. Selanjutnya ia beranggapan bahwa ada kemungkinan ayat Alquran merupakan bagian dari gen manusia. Dalam dunia biologi dan genetika dikenal banyaknya DNA yang hadir tanpa memproduksi protein sama sekali. Area tanpa produksi ini disebut Junk DNA atau DNA sampah.

Kenyataannya DNA tersebut menurut Ahmad Khan jauh sekali dari makna sampah. Menurut hasil hasil risetnya, Junk DNA tersebut merupakan untaian firman-firman Allah sebagai pencipta serta sebagai tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir. Sebagaimana disindir oleh Allah; Afala tafakaruun (apakah kalian tidak mau bertafakur atau menggunakan akal pikiran?).

Setelah bekerjasama dengan adiknya yang bernama Imran, seorang yang ahli dalam analisis sistem, laboratorium genetiknya mendapatkan proyek dari pemerintah. Proyek tersebut awalnya ditujukan untuk meneliti gen kecerdasan pada manusia. Dengan kerja kerasnya Ahmad Khan berupaya untuk menemukan huruf Arab yang mungkin dibentuk dari rantai Kodon pada cromosome manusia. Sampai kombinasi tersebut menghasilkan ayat-ayat Alquran. Akhirnya pada tanggal 2 Januari tahun 1999 pukul 2 pagi, ia menemukan ayat yang pertama "Bismillah ir Rahman ir Rahiim. Iqra bismirrabbika ladzi Khalq"; "bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan". Ayat tersebut adalah awal dari surat Al-A'laq yang merupakan surat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad di Gua Hira. Anehnya setelah penemuan ayat pertama tersebut ayat lain muncul satu persatu secara cepat. Sampai sekarang ia telah berhasil menemukan 1/10 ayat Alquran.

Dalam wawancara yang dikutip "Ummi" edisi 6/X/99, Ahmad Khan menyatakan: "Saya yakin penemuan ini luar biasa, dan saya mempertaruhkan karier saya untuk ini. Saya membicarakan penemuan saya dengan dua rekan saya; Clive dan Martin seorang ahli genetika yang selama ini sinis terhadap Islam. Saya menyurati dua ilmuwan lain yang selama ini selalu alergi terhadap Islam yaitu Dan Larhammar dari Uppsala University Swedia dan Aris Dreisman dari Universitas Berlin .

Ahmad Khan kemudian menghimpun penemuan-penemuannya dalam beberapa lembar kertas yang banyak memuat kode-kode genetika rantai kodon pada cromosome manusia yaitu; T, C, G, dan A masing-masing kode Nucleotida akan menghasilkan huruf Arab yang apabila dirangkai akan menjadi firman Allah yang sangat mengagumkan.

Di akhir wawancaranya Dr. Ahmad Khan berpesan "Semoga penerbitan buku saya "Alquran dan Genetik", semakin menyadarkan umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga non-muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama.

Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan. Penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah. Memfasilitasi serta memberi dukungan secara moral dan finansial.


Syariat Islam diaceh, Hukum Dan Pelaksanaan


1. PENDAHULUAN
“Serulah (semua manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (QS An-Nahl: 125).
Penerapan syariat Islam di Aceh didasarkan atas UU No. 44 tahun 1999 dan UU No. 18 tahun 2001. Hasil penelitian oleh Bustami (Pascasarjana UGM, 2004) memperlihatkan bahwa kalangan ulama dan aktivis mahasiswa memang melakukan tuntutan agar syariat Islam diberlakukan di Aceh, sedangkan aktivis LSM, cendekiawan, dan masyarakat kalangan bawah, tidak pernah melakukannya. Terlepas dari ada atau tidaknya tuntutan, penerapan Syariat Islam di Aceh lebih berkorelasi dengan aspek politik, yaitu sebagai upaya pemerintah menyelesaikan konflik di daerah ini.
Menyimak pelaksanaan Syariat Islam di Aceh beberapa waktu lalu, terdapat beberapa keluhan terkait dengan metode penerapan Syariat Islam yang cenderung dipraktekkan dengan cara-cara bernuansa kekerasan oleh masyarakat di berbagai kabupaten dan kota di Aceh, dan pihak pelaksana Syariat Islam seperti tidak berdaya mencegah meluasnya tindak kekerasan yang sering diberitakan melalui media-media lokal di Aceh. Atas nama Syariat Islam, seringkali pelaku pelanggaran menerima perlakuan tidak manusiawi dan penganiayaan dari masyarakat, seperti dimandikan dengan air comberan, diarak massa tanpa busana, bahkan sampai pada pelecehan seksual (contohnya pemaksaan adegan mesum di pantai Lhok Nga oleh oknum polisi Syariah). Kasus Mesum tahun 2007 di Abdya yang juga berakhir dengan pembakaran rumah seorang janda yang diduga sebagai pelaku perbuatan mesum oleh warga.
Salah satu kritik adalah selain belum kaffahnya penerapan syariat di Aceh penekanannya juga hanya pada beberapa hal dan terkesan dangkal, seperti yang seringkali muncul ke permukaan adalah kasus mesum, khalwat, judi, dan khamar, yang kemudian direspon oleh masyarakat melalui sweping-sweping di jalan-jalan negara yang dalam beberapa kasus berakhir ricuh, dan kafe-kafe dengan penekanan pada penggunaan pakaian bagi perempuan. Dalam pelaksanaan Syariat Islam, justru terjadi pelanggaran terhadap serangkaian aturan-aturan lainnya. Oleh karenanya muncul pertanyaan, apakah korupsi dan manipulasi keuangan negara dibenarkan dalam Islam? Apakah tidak menunaikan ibdah shalat, puasa dan zakat dibenarkan dalam Islam? Apakah menghujat orang lain, memukul dan menghina pelaku pelanggaran Syariat Islam tanpa adanya proses hukum yang adil dibenarkan oleh Islam? Sebagian besar masyarakat di Aceh membenci pelanggar Syariat Islam, padahal justru si pembenci sendiri terkadang jarang beribadah untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim, bak kata pepatah lama Aceh “sembahyang wajeb uro jumat, sembahyang sunat uro raya” (shalat wajib adalah Shalat Jumat, dan shalat sunnah adalah Shalat Ied).
2. PENGERTIAN PELAJAR DAN SYARIAT ISLAM


A. Pelajar
Sebutan “Pelajar” diberikan kepada peserta didik yang sedang mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Peserta didik dalam arti luas. Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah
Peserta didik dalam arti sempit inilah yang disebut sebagai pelajar. Dikatakan pelajar sebab mereka mengikuti pembelajaran dalam konteks pendidikan formal , yakni pendidikan di sekolah. Melalui pendidikan formal inilah pelajar diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Sosial, Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan masih banyak lagi.
Diharapkan, selama mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa mampu mengembangkan dirinya baik secara social, emosi, intelektual, bahasa, moral dan kepribadian ke arah positif yang diinginkan semua orang. Perkembangan yang dialami pelajar berbeda-beda. Tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Tidak selamanya perkembangan pada diri pelajar menuju pada hal positif. Adakalanya beberapa pelajar justru menunjukkan perkembangan ke arah negatif, salah satunya aksi premanisme yang marak dilakukan oleh pelajar..

B. Syariat Islam
Syari’at adalah ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Sedangkan Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat jibril untuk membimbing umat manusia memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat. Ilsam juga dapat didefinisikan sebagai tuntutnan, bimbingan dan aturan Allah baik dalam bentuk prinsip-prinsip maupun juga dalam berhubungan dengna Allah SWT, dalam berhubungan dengan diri sendiri, berhubungan dengan sesama manusia disekitarnya baik yang muslim maupun nonmuslim dan juga dalam bergubungan dengan alam sekitarnya.
Islam sejak turun pada masa Rasulullah, berpindah ke masa sahabat dan masa-masa berikutnya sampai ke masa sekarang, tetap diamalkan oleh umat Islam secata berkesinambungan dalam kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi maupun dalam kehidupan baermasyarakat. Agar ajaran-ajaran Islam selalu dapat menjawab tantangan global dan sesuai dengan perkembangan zaman, maka diberi kesempatan untuk beijtihad secara terus menerus kepada para mujtahid. Sehingga kitab sucei selalu segar dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Pemahaman inilah kemudian dikenal dengan istilah fiqh.
Dengan demikian perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup beribadahnya kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syara’ dan perkara yang masuk dalam kategori Furu’ Syar
3. PENTINGNYA PENDIDIKAN ISLAM BAGI PELAJAR

Pentingnya pendidikan Islam bagi pelajar mungkin dapat dipahami secara baik jika kita memperhatikan kembali wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. Kata pertama dari wahyu itu adalah Iqra yang berarti bacalah. Iqra adalah sebuah kata yang sangat menyeluruh. Ayat ini telah memerintahkan Nabi Muhammad SAW dan pengikut beliau untuk membaca, menulis, memahami, berbagi dan menyebarkan dengan segala kemampuan yang dimiliki.
Kata Iqra diulang-ulang pada wahyu pertama ini untuk menekankan bobot pentingnya. Adalah mengagumkan bahwa tujuan untuk mengajar dan proses pelajaran diucapkan sebagai ‘qalam’ atau pena. Sesungguhnya pena adalah suatu hadiah yang mulia dari Allah SWT kepada umat manusia. Hanya manusia yang mendapat perlakuan khusus, kemampuan dan kehormatan untuk menulis atau merekam pemikiran dan gagasan mereka. 
Bagaimana dan sejak kapankah proses belajar mengajar dimulai? Perlu diketahui bahwa perintah pertama kepada Nabi Muhammad SAW adalah memajukan pendidikan, seperti firman Allah SWT dalam surat Ash Shuara 214 “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”, Oleh karenanya, proses pendidikan harus dimulai dari keluarga kita sendiri.
Oleh karena itu pendidikan memang dimulai dari keluarga, karena orang yang pertama mengajarkan kita adalah orang tua, dan orang yang pertama mendidik kita. Namun setelah cukup umur maka kita diantarkan kesekolah untuk menempuh pendidikan formal. Maka disinilah proses perkenalan terhadap ilmu-ilmu dimulai. Salah satu diantaranya adalah ilmu Agama islam.
Tidak dipungkiri islam adalah agama Rahamatan Lil’alamin. Maka setiap pelajar yang beragama islam pada dasarnya wajib mempelajari dan mengetahui tentang islam itu sendiri. Menanamkan tentang ajaran agama islam pada pelajar akan membuat pelajar lebih berakhlakhul kharimah dan terhindar dari perbuatan yang negative. Maka pendidikan islam bagi pelajar adalah hal yang klimak dan harus ada pada setiap lembaga sekolah, karena pelajar rentan dengan tauran dan mereka orang yang sangat butuh bimbingan baik dari keluarga saudara maupun guru kareana mereka lagi dalam tahap pencarian identitas atau puberitas.
Maka solusi bagi para pelajar adalah pendidikan islam harus diterapkan disekolah-sekolah. Karena islam selalu mengajarkan yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar, menyuruh untuk saling tolong menolong dan saling mengingatkan antara yang satu dengan yang lain. Apa yang diajarkan dalam islam mencakup seluruh aspek kehidupan ummat manusia dan tidak menyakiti orang yang menjalankannya, malah membentuk kepribadian yang diinginkan oleh semua manusia. Apabila para pelajar telah tertanamkan nilai-nilai pendidikan islam, maka pelajar akan menjadi sosok-sosok pemimpin yang manpu mengangkat derajat dan martabat bangsa kearah yang lebih baik. Karena pelajar terkontrol oleh nial-nilai yang islami, akhlak yang islami, mereka punya benteng dalam hati dan mempunyai perisai yang terus menjaga mereka dari hal-hal yang negative.
Islam menganjurkan Ummatnya harus pandai, berapa banyak Hadits Nabi yang menjelaskan mengenai Ilmu “ Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai keliang lahat” apapun ilmu boleh dituntut asalkan dalam diri para pelajar telah ditanamkan pendidikan agama. Maka jangan heran bila para pelajar sering melakukan tauran, free sex, membantah orang tua dan guru, membuat keonaran, dan menambah pengagguran disebkan ilmu agama islam kurang tertanam dalam diri mereka selaku pelajar dan dan agen perubahan untuk masa yang akan datang.

4. Peran Keluarga, Lembaga Formal/ Informal Dan Lingkungan Masyarakat Terhadap Pendidikan Yang Islami Kepada Anak / Pelajar

A. Peran Keluarga
Keluarga didefinisikan sebagai unit masyarakat terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Setiap komponen dalam keluarga memiliki peranan penting. Dalam ajaran agama Islam, anak adalah amanat Allah. Amanat wajib dipertanggungjawabkan. Jelas, tanggung jawab orang tua terhadap anak tidaklah kecil. Secara umum inti tanggung jawab itu adalah menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak dalam rumah tangga. Allah memerintahkan :
“Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksaan neraka”. [Q.S. At-Tahriim: 6]
            Kewajiban itu dapat dilaksanakan dengan mudah dan wajar karena orang tua memang mencintai anaknya. Ini merupakan sifat manusia yang dibawanya sejak lahir. Manusia diciptakan manusia mempunyai sifat mencintai anaknya.
“Harta dan anak-anak merupakan perhiasan kehidupan dunia”. [Al-Kahfi ayat 46]
Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa telah datang kepada Aisyah seorang ibu bersama dua anaknya yang masih kecil. Aisyah memberikan tiga potong kurma kepada wanita itu. Diberilah oleh anak-anaknya masing-masing satu, dan yang satu lagi untuknya. Kedua kurma itu dimakan anaknya sampai habis, lalu mereka menoreh kearah ibunya. Sang ibu membelah kurma (bagiannya) menjadi dua, dan diberikannya masing-masing sebelah kepada kedua anaknya. Tiba-tiba Nabi Muhammad SAW datang, lalu diberitahu oleh Aisyah kepadaNabi
“Apakah yang mengherankanmu dari kejadian itu, sesungguhnya Allah telah mengasihinya berkat kasih sayangnya kepada kedua anaknya”.
Semua orang tua pasti menginginkan agar anak-anak mereka menjadi orang yang shalih dan shalihah. Namun dalam kenyataannya, secara tidak sadar mereka justru memperlakukan anak-anak dengan cara yang menjauhkan dari terwujudnya cita-cita tersebut atau bahkan menjerumuskan kepada kondisi yang sebaliknya. Banyak sekali orang tua yang sibuk dalam mencari nafkah. Kesibukan mereka itu sangat menyita waktu, akibatnya sangat sedikit waktu yang tersisa untuk memberikan pendidikan khususnya mendidik agama Islam pada anak. Akan tetapi banyak juga orang tua yang bekerja itu yang masih memperhatikan kebutuhan anak akan menggali ilmu agama baik itu di lembaga formal maupun non formal seperti memasukkan anak-anak mereka ke tempat pendidikan Al-Quran (TPA) yang diadakan di masjid dusun tersebut.
Maka keluarga sangan besar perannya dalam mendidik dan mengajarkan anak tentang agama, karena keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan sianak dan mudah untuk mengayomi serta mengontrol mereka baik dalam hal kawan berkawan maupun dalam hala yang lain.

B. Peran Lembaga Formal / Informal
            Rasa tidak puas masyarakat kita terhadap kemajuan pendidikan formal di Aceh, selama ini masih saja terbaca dan terdengar dari berbagai forum dan media. Mulai dari forum diskusi, worlshop, seminar hingga pada forum konferensi. Mulai dari media cetak hingga media elektronik dan internet. Hingga kini perbincangan tentang perkembangan pendidikan islam di Aceh masih menjadi isu hangat untuk dibicarakan oleh para pihak dari berbagai kalangan, baik interen seperti kalangan dinas pendidikan, majelis pendidikan, praktisi pendidikan baik dosen maupun guru. Secara lingkup eksteren adalah kalangan masyarakat umum yang menjadi penikmat pendidikan. Berbagai kritik dan bahkan hujatan ditujukan kepada pemerintah daerah dan pemerintah pusat sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan di islam di Aceh. Pemda dan jajarannya dipandang belum mampu mewujudkan cita-cita atau visi pendidikan Aceh yang Islami.
            Peran lembaga formal sudah tentu sangat berperan dalam mendidik pelajar / siswa dalam mewujudkan pendidikan yang islami. Karena lembaga formal adalah lembaga yang telah memenuhi criteria kelembagaan dan diakui oleh Undang-undang. Jadi dalam memenuhi tuntutan untuk mewujudkan pendidikan yang islami bagi pelajar, sudah tentu sangat mudah dan terkontrol. Karena lembaga formal khususnya lembaga pendidikan adalah tempat dimana siswa / pelajar setiap hari ada dan berkecimpung dalam proses belajar mengajar.
            Sedangkan lembaga informal adalah lembaga yang tumbuh dan berkembang dimasyarakat, seperti balai pengajian, TPA, meunasah dan masih banyak yang lain. Lembaga ini turut andil dalam mendidik siswa untuk mewujudkan pendidikan yang islami. Setelah para pelajar belajar disekolah, biasanya mereka belajar kembali di lembaga non formal. Maka disinalah tempat yang sangan efisien untuk menanamkan pendidikan islam dalam setiap jiwa meeka.
            Peran lembaga informal ini dalam masyarakat cukup ampuh untuk mengembangkan dan mengajarkan nilai-nilai yang islami kepada siswa. Di aceh setiap kampong sudah ada tempat pengajian, baik kepada orang tua maupun pelajar. Maka pengajar atau yang dikenal dengan Teungku, Abu maupun Ustaz adalah sosok yang menjadi panutan dimasyarakat. Maka pelajar sedah tentu sedikit banyaknya akan mendengarkan apa yang disampaikan dan mengikuti apa yang ditunjukkan oleh seorang yang mereka anggap cocok dan patut untuk ditiru.
            Jadi kedua lembaga ini sama-sama berperan aktif dalam mendidik siswa untuk memahami tentang islam, jadi semua ini tidak ada arti bila orang tua dan masyarakat tidak mengontrol kegiatan mereka sehari-hari

C. Peran Lingkungan Masyarakat.
Masyarakat majemuk memang rawan konflik. Konflik dalam masyarakat majemuk dapat berlangsung terus menerus disetiap tempat dan waktu. Konflik bersumber pada perbedaan-perbedaan, dan setiap perbedaan pasti mempertahankan eksistensinya. Apabila setiap pihak ingin memepertahankan eksistensi, berarti ikut memperjuangkan kepentingan agar tetap eksis dan diakui keberadaannya, hal inilah yang sangat menimbulkan problem-problem.
Lingkungan masyarakat adalah tempat dimana siswa atau pelajar menetap, akan tetapi dalam masyarakat banyak terjadi perselisihan dan perbedaan tingakat pendidikan dan tatanan kemasyarakatan. Semua itu bias teratasi bila Keucik ikut berperan aktif dalam menangani berbagai pboblem dalam masyarakat. Sedangkan siswa atau pelajar meraka akan bergaul sesuai dangan kebiasaan masyarakat setempat. Maka lingkungan sangat mempunyai peran dalam pendidikan yang islami. Maka orang tua, famili, kerabat, mayarakat adalah kumpulan orang-orang yang selalu berkecimpung dan yang paling dekat dengan pelajar.
Pada intinya peran lingkungan masyarakat sangat besar pengaruhnya. Bila lingkungan baik, maka pelajar akan terbiasa dengan hal-hal yang baik. Bila lingkungan tidak baik, maka pelajar akan aka mudah mengikuti hal-hal yang tidak baik. Dengan kata lain apabila lingkungan masyarakat selalu memperhatikan tingkah dan pola hidup anaknya masing-masing, maka disanalah pendidikan yang islami akan melakat pada diri siswa/ pelajar.

5. PERAN PELAJAR DALAM PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM    
Syari’at Islam yang sedang digalakkan di Nanggroe Aceg Darussalam harus mendapat perhatian dari semua pihak. Perhatian dimaksudkan disini adalah peran serta danpartisipasi aktif untuk menyukseskan pelaksanaan Syari’at Islam sesuai dengan profesikesalehan masing-masing.
Salah satu lembaga yang sangat berperan dalam proses pelaksanaan Syari’at Islam adalah lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan juga bertanggung jawab dalam proses pembentukan karakter anak didik dan mempersiapkan mereka agar menjadi generasi penerus yang handal. Seorang guru bertugas mentransfer ilmu tetapi juga harus menjadi contoh teladan serta dapat mengarahkan mereka untuk dapat menjalankan Syari’at Islam terutama dilingkungan sekolah.
Syari’at Islam sangat penting diterapkan dilingkungan sekolah karena para pelajar ini akan menjadi ganerasi penerus harapan bangsa. Apabila mereka tidak digembleng dan diarahkan dari sekarang tentunya mereka akan menjadi generasi yang tidak bertanggung jawab. Pelajar hari ini adalah pemimpin di hari esok “Syubbanul Yaum Rijalul Ghad/Student Today Leader Tomorrow”. Untuk menjadi pemimpin yang berkualitas di hari esok, tentu membutuhkan usah dari semua pihak termasuk lingkungan sekolah dalam mempersiapkan anak didiknya menjadi generasi yang mantap iman dan taqwa (IMTAQ) dan unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam peranan pelajar tehadap pelaksanaan syariat islam
Keseriusan guru dan siswa.
Keseriusan semua pihak ikut perperan  penting dalam rangka penerapan Syari’at Islam. Seorang guru selain menyampaikan ilmunya kepada siswa-siswi juga harus merasa bertanggung jawab dalam pembinaan mental dan spritual anak didiknya. Siswa-siswi mematuhi semua peraturan yang telah ditetapkan. Misalnya bagaimana cara berbusana sesuai dengan busana Islami.
Meningkatkan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Kegiatan-kegiatan keagamaan perlu ditingkatkan di lingkungan sekolah. Osis dapat meningkatkan perannya dalam proses penerapan nilai-nilai islami. Demikian juga dengan rohani Islam (rohis) atau remaja dakwah (reda) perlu dibentuk di sekolah-sekolah dengan tujuan untuk me.akukan kajian-kajian ke-Islaman dan menambah wawasan khususnya yang menyangkut dengan Syari’at Islam
Meningkatkan Pengawasan.
Pengawasan terhadap  siswa-siswi mutlak dibutuhkan bukan hanya pada tingkat kedisiplinan namun juga pengawasan dalam semua ini. Aktifitas yang mereka lakukan harus selalu mendapat kontrol atau pengawasan dari dewan guru. Peran pelajar disini adalah saling mengawasi dan mengingatkan sesama pelajar tentang pelanggaran syariat dan menjalankan syariat, baik dilingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Oleh karea itu, peran pelajar sangat besar dalam pelaksanaan syariat islam di aceh. Karena mereak adalah agen perubahan yang perlu selalu ditanamkan nilai-nilai yang islami.
6. PENUTUP
Syari’at adalah ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Sedangkan Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat jibril untuk membimbing umat manusia memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat. Ilsam juga dapat didefinisikan sebagai tuntutnan, bimbingan dan aturan Allah baik dalam bentuk prinsip-prinsip maupun juga dalam berhubungan dengna Allah SWT, dalam berhubungan dengan diri sendiri, berhubungan dengan sesama manusia disekitarnya baik yang muslim maupun nonmuslim dan juga dalam berhubungan dengan alam sekitarnya
Sebutan “Pelajar” diberikan kepada peserta didik yang sedang mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Peserta didik dalam arti luas. Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah
Peranan pelajar/ siswa dalam penerapan syariat islam sangat diperlukan, karena mereka adalah penerus bangsa, dan pemimpin untuk masa depan. Peran mereka sangat membantu masyarakat dan lingkungan untuk mensosialisasikan syariat islam di Aceh. Para pelajar cukup efektif mengambil andil dalam penerapan syariat islam, terutama disekolah dan lingkungan masyarakat.





 

Belanda “Kiblat” Islam Di Eropa ‎


Hari demi hari, komuitas muslim di belanda mampu menghadapi beragam tindakan pelecehan dan penodaan terhadap agama islam dengan dewasa. boleh jadi kaum muslimin di sana berhak mendapat gelar ”mujaddid islam di eropa”. mereka menolak film ”fitna” dengan cara-cara simpatik dan kerja nyata. mereka patut menjadi contoh bagi komunitas muslim di eropa yang lain dalam membela islam.
penolakan dengan bukti nyata dan cara yang simpatik dari komunitas muslim di belanda atas pelecehan itu, menjadikan mayoritas warga belanda bersimpati terhadap muslim belanda dan turut membela kesucian agama islam dan menentang film ”fitna”.
ini dibuktikan oleh dua universitas di belanda (groningen university dan satu universitas lagi) yang memfasilitasi tempat bagi mahasiswa muslim untuk menunaikan shalat. managemen dua universitas ini menegaskan menghormati semua agama. bahkan dua universitas ini secara khusus menetapkan waktu bagi mahasiswa muslim untuk melaksanakan shalat jum’at, mencontoh yang berjalan di negara-negara islam.
muslim belanda mengadakan beragam kegiatan ke-islaman, seperti diskusi ilmiyah, dialog terbuka dengan ilmuwan, praktisi media belanda, menjelaskan kepada mereka bahwa al qur’an merupakan kitab yang berisi ibadah dan hidayah.
sebagaimana ”organisasi pemimpin” di belanda menyerukan kepada seluruh umat islam di belanda untuk tidak berbuat anarkis dan kriminal atas pelecehan yang ada. karena respon yang anarkis itulah yang diinginkan oleh pelaku fitnah dan pelesehan.
sebuah tabloit di belanda menyebutkan bahwa apa yang dikehendaki pembuat film ”fitna” tidak terjadi, bahkan umat islam merespon dengan dewasa, sehingga menjadikan warga belanda menyerbu perpustakaan dan toko di amsterdam. warga belanda membeli mushhaf al qur’an elektronik yang diterjemahkan dalam bahasa belanda dalam jumlah besar. bahkan di pasaran stok mushhaf itu habis.
komunitas muslim di belanda menyadari bahwa belanda adalah ” negeri sejuta muslim”. di mana jumlah umat islam di sana terus bertambah dan penganutnya terkenal taat dengan ajaran agamanya secara baik dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya.
di belanda, jumlah muslim yang taat beragama sekitar 30% dari total jumlah penganut ajaran agama yang taat lainnya. padahal statistik resmi mengisyaratkan bahwa jumlah umat islam hanya 5% saja dari total jumlah penduduk. menempati urutan keempat setelah kristen protestan 23%, katolik 32% dan kelompok yang tidak menganut ideolagi apapun sebesar 38%.
pada tahu 1947 warga negara indonesia dan suriname yang beragama islam masuk ke belanda. pada akhir tahun enam puluhan dan awal tahun tujuh puluhan banyak pekerja dari turki dan maghrib yang masuk ke belanda.
komunitas turki di belanda paling besar jumlahnya, mencapai 310 ribu penduduk, berikutnya komunitas maghrib 277 ribu warga, suriname 60 ribu. selebihnya dari irak, somalia, pakistan, mesir, suria, ethiopia, negeria. mayoritas mereka menganut ahlus sunnah.
orang belanda mengatakan bahwa negeri mereka adalah ”pintu gerbang eropa”, karena posisi strategis dan peranan penting yang dimainkan oleh negeri ini. banyak gereja-gereja yang dijual kepada umat islam dan berubah fungsi menjadi masjid dan tempat ibadah.
di awal komunitas muslim bermukim di belanda, mereka berinteraksi dengan masyarakat setempat dengan baik, yang menjadikan warga setempat menghormati keyakinan umat islam. umat islam mulai membangun tempat ibadah, diperbolehkan kumandang adzan dengan pengeras suara meskipun sekali dalam seminggu.
sebagaimana juga komunitas muslim mendirikan tempat pemotongan hewan sebanyak lima ratus tempat, praktek penyembelihan dengan cara-cara syariah, terutama pada musim kurban.
sebagimana perusahaan-perusahaan dan tempat-tempat yang memperkerjakan umat islam memberi kesempatan ibadah shalat, shaum ramadhan, liburan khusus hari raya, memfasilitasi tempat shalat dan menjaga makanan yang halal.
shalat isya’ bagi warga belanda terbilang cukup sulit, terutama akhir bulan mei sampai awal agustus setiap tahunnya. di mana belanda merupakan negeri yang terletak di bagian negara-negara yang matahari tidak tenggelam kecuali hanya sebentar saja. yaitu jeda antara waktu shalat isya’ dan shalat subuh kurang dari empat puluh menit saja. bahkan kadang fajar sudah terbit sebelum tenggelamnya syafaq (batas selesai waktu shalat isya’). hampir mustahil menunaikan shalat isya’ bagi yang tinggal di ujung utara.
tambah sulit ketika ibadah shaum ramadhan musim panas. yaitu sulit menunggu shalat isya’ kemudian shalat tarawih kemudian langsung sahur pada waktu yang sangat singkat. kadang kurang dari dua puluh menit saja. berbeda dengan jeda antara shalat maghrib dan isya’ bisa berjam-jam. (it/ut)

Silaturahim: Biarkan Hadiah Bicara ‎


 “sambunglah orang yang memutus silaturahim denganmu. berilah hadiah kepada orang yang enggan memberimu. dan jangan hiraukan orang yang menzalimi kamu.” (hr. ahmad)
jangan biarkan kebencian berkelanjutan
selalu saja ada sisi positif dan negatif sebuah interaksi. positif ketika interaksi memunculkan rasa cinta dan sayang, kuatnya persaudaraan, tolong menolong sesama mukmin. dan negatif, saat interaksi meletupkan bunga-bunga api kekecewaan. kebencian pun tak terelakkan.
kebencian karena persoalan teknis semisal salah paham, emosi dadakan, mestinya hanya bertahan beberapa hari. karena prinsipnya setiap mukmin punya satu ikatan: akidah islam. sehingga persoalan teknis di lapangan bisa cair sendiri bersama waktu dan kesibukan. setelah itu, muncul lagi kerinduan.
namun, begitulah setan. emosi yang labil menjadi alat efektif pintu setan untuk mengobrak-abrik persaudaraan. sesama mukmin menjadi marahan. bahkan, pada dosis tertentu, marahan bisa diwariskan ke anak cucu. na’udzubillah. rasulullah saw. bersabda, “cinta bisa berkelanjutan (diwariskan) dan benci pun demikian.” (hr. al-bukhari)
putus persaudaran bukan hanya dilakoni para pelaku. tapi, bisa diwariskan dari generasi ke generasi. suatu hal yang mestinya tidak mungkin terjadi dalam diri seorang mukmin.
siram api dengan air, bukan dengan api
jika marah diibaratkan sebagai api, maka airlah yang paling cocok agar api segera padam. tidak mungkin api akan padam dengan api. dan air adalah perumpamaan yang pas buat silaturahim.
sekeras apa pun sebuah kebencian, boleh jadi rapuh dengan beberapa celah kasih sayang dan sentuhan persaudaraan. orang yang diumbar marah dan benci sebenarnya sangat membutuhkan perhatian. tidak jarang, kebencian bisa luluh hanya dengan perhatian dan sapaan yang tulus.
banyak kisah menarik di masa rasulullah saw. tentang hal itu. abu sufyan mungkin orang yang paling sadis permusuhannya dengan rasul. siang malam, dia mengatur siasat bagaimana menghancurkan rasulullah dan umat islam. tapi, justru abu sufyanlah yang paling mendapat kehormatan dari rasul ketika mekah diambang penaklukan. “siapa yang masuk ke masjidil haram mendapat keamanan. dan siapa yang berkumpul di rumah abu sufyan, juga mendapat keamanan.” begitulah kira-kira pengumuman rasul kala itu.
bayangkan, seperti apa hati abu sufyan mendengar itu. bingung, takjub, dan akhirnya luluh seratus persen. dia pun berbalik menjadi orang yang siap membela perjuangan rasulullah saw. di mekah dan sekitarnya. sungguh sebuah cara meluluhkan kebencian yang paling efektif tanpa menimbulkan kebencian baru.
hadiah sebagai pelunak kekakuan
ketika kles terjadi, yang mendominasi diri setelah itu adalah ego. diri merasa paling benar, paling mampu, dan sebagainya. kekakuan pun muncul begitu saja. seolah, dalam dirinya cuma ada ego; tidak ada nalar, empati, apalagi kasih sayang sesama saudara seiman.
jika tidak ada inisiatif mencari jalan damai, kekakuan terus berlanjut. bahkan, bisa terwariskan ke anak cucu.
sebenarnya, ada ruang-ruang dalam diri yang sejalan dengan waktu membutuhkan perhatian, kasih sayang, kerinduan. terlebih sesama mukmin. baik buruk sebuah hubungan persaudaraan bisa berbanding lurus dengan tingkat keimanan. semakin kuat cahaya iman bersinar, rasa kasih sayang mulai mengganti ego dan benci. lahirnya keharmonisan cuma tinggal menunggu momentum. dan hadiah merupakan alat efektif menumbuhkan momentum itu.
rasulullah saw. bersabda, “hendaknya kamu saling memberi hadiah. sesungguhnya pemberian hadiah itu dapat melenyapkan kedengkian.” (hr. attirmidzi dan ahmad)
selalu pada komunikasi
bisa dibilang, sebagian besar sebab munculnya kebencian karena salah menafsirkan sebuah ucapan. atau, sebab molornya perseteruan karena tertutupnya peluang berkomunikasi.
yang pertama memperlihatkan ketidakmampuan seseorang mengungkapkan maksud baik. plus, tidaksanggupan pihak lain menahan diri membuat kesimpulan negatif. ketidakmampuan mengutarakan maksud dan sifat reaktif di pihak lain menjadi perkara paling rawan munculnya kles.
dengan begitu, saling membuka komunikasi adalah langkah paling tepat memperbaiki ketidakharmonisan. dan itu akan berjalan efektif jika dua belah pihak siap saling mendengarkan. sulit memunculkan keadaan saling pengertian seperti itu jika tidak dikondisikan dengan situasi yang penuh persaudaraan dan kekeluargaan. dan silaturahim adalah cara yang paling pas.
kasus hathib bin abi balta’ah di masa rasul bisa menjadi pelajaran. para sahabat termasuk rasulullah saw. kaget ketika tahu siapa pembocor rahasia penyerangan ke mekah. orang itu bernama hathib. kontan saja, umar bin khattab minta izin ke rasul agar bisa menghukum hathib. tapi rasul menolak. beliau saw. meminta sahabat memanggil hathib.
penjelasan pun disampaikan hathib. sahabat yang masih punya keluarga di mekah ini pun mengungkapkan keterpaksaannya demi keselamatan keluarga di sana. itu saja. tidak ada maksud membocorkan rahasia ke tangan musuh. akhirnya, rasul memaafkan hathib.
harus ada prakarsa agar kebencian tidak berlanjut. dan yang terbaik adalah mereka yang lebih dulu mengawali kunjungan. indahnya sebuah nasihat rasullah saw., “tidak halal bagi seorang muslim menjauhi (memutuskan hubungan) dengan saudaranya melebihi tiga malam. hendaklah mereka bertemu untuk berdialog, mengemukakan isi hati. dan yang terbaik, yang pertama memberi salam (menyapa).” (hr. al-bukhari)