Penyair dikenal memiliki jiwa yang lembut. Karena itu,
banyak yang meyakini bahwa seorang politikus ulung tak memiliki bakat
untuk bersyair. Tapi anggapan seperti itu tidak tepat untuk sosok Imam
Khomeini. Mengenai jiwa syair Imam Khomeini, Hamid Sabzavari, penyair
Iran saat ini mengatakan, "Kepribadian irfani Imam Khomeini nampak jelas
dalam puisi-puisinya dan itulah yang menjadikannya penyair yang arif.
Irfan membawa manusia ke derajat yang tinggi, dan karenanya puisi-puisi
Imam memberi petunjuk keselamatan bagi masyarakat."
Sejak masa muda hingga akhir hayatnya, Imam Khomeini sering menggubah
puisi. Bait-bait puisi Imam, sebagian dibukukan dalam bentuk diwan atau
kumpulan syair dan sebagian dihafal dan dinukil dari mulut ke mulut.
Sepeninggal beliau, sebagian puisi-puisi itu dibukukan dan diterbitkan.
Diwan syair Imam Khomeini umumnya berbicara tentang tauhid dan ketuhanan
yang murni.
به تو دل بستم و غیر تو کسی نیست مرا
جز تو ای جان جهان دادرسی نیست مرا
مده از جنت و از حور و قصورم خبری
جز رخ دوست نظر سوی کسی نیست مرا
Hanya kepadaMulah ku tambatkan hati, dan tak ada bagiku selain-Mu
Wahai Jiwa Alam, tak ada yang mendengar keluh-kesahku selain-Mu
Jangan Kau beri aku berita akan surga, bidadari dan istana
Selain Wajah Sahabat, tak ada pandangan yang aku mau
آن روز که عاشق جمالت گشتم
دیوانه روی بی مثالت گشتم
دیدم نبود در دو جهان جز تو کسی
بیخود شدم و غرق کمالت گشتم
Hari itu, kala ku mabuk akan keindahan-Mu
Ku tergila-gila pesona tak tertandingi pada Wajah-Mu
Ku lihat, di dua alam tak ada satupun kecuali Diri-Mu
Ku tak sadarkan diri tenggalam dalam Kesempurnaan-Mu
Buku 40 Hadis adalah satu lagi karya Imam Khomeini yang beliau tulis
pada tahun 1939. Dalam buku ini, beliau menjelaskan makna dan penafsiran
40 hadis dari Nabi Saw dan Ahlul Bait as. Pada mukaddimah buku ini,
beliau menjelaskan bahwa keempat puluh hadis ini dipilih dengan selektif
dan dalam bahasa Persia supaya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Di awal setiap hadis setelah menyebutkan teks hadis dalam bahasa aslinya
yaitu bahasa Arab, beliau pertama-tama mengartikan dan menjelaskan
makna masing-masing kata. Setelah itu hadis ditafsirkan secara mendalam.
Nabi Saw bersabda, "Barang siapa menghafal 40 hadis yang bermanfaat
bagi umatku, maka kelak di Hari Kiamat Allah akan membangkitkannya dalam
keadaan fakih dan berilmu."
33
hadis pertama dalam kitab ini membahas tentang akhlak. Pada bagian ini,
Imam Khomeini menjelaskan tentang penyakit jiwa dan hati manusia.
Masing-masing penyakit jiwa dan ruh seperti kesombongan, riya, amarah,
kedengkian dan sebagainya beliau jelaskan secara rinci sebelum akhirnya
beliau menawarkan resep untuk mengobatinya. Dalam banyak kesempatan
beliau membawakan dalil-dalil yang berasal dari ayat al-Quran dan Hadis.
Secara umum, buku 40 Hadis karya Imam Khomeini adalah panduan bagi
muslim untuk meniti jalan menuju kesempurnaan spiritual dan menempa diri
menjadi pesalik di jalan Allah.
Jihad Akbar adalah karya Imam Khomeini berikutnya yang mengajak
pembacanya untuk mengetatkan ikat pinggang dan berjihad melawan hawa
nafsu. Buku ini sebenarnya merupakan kumpulan dan ringkasan dari
pidato-pidato yang disampaikan Imam di depan para santri di kota Najaf.
Beliau menegaskan bahwa manusia harus bersungguh-sungguh melawan hawa
nafsu dan membersihkan ruh dan jiwanya dari berbagai penyakit yang bisa
menyesatkannya. Imam Khomeini mengatakan, "Ilmu adalah cahaya. Tapi ia
akan menyebarkan kegelapan ketika berada di hati yang hitam dan kotor.
Ilmu yang mendekatkan manusia kepada Allah juga bisa semakin
menjauhkannya dari Allah saat berada di jiwa orang yang cinta dunia."
Imam Khomeini dengan tegas menjelaskan bahwa seiring dengan kegiatan
menuntut ilmu, orang juga harus mulai membersihkan jiwanya dari kotoran
batin. Jika kotoran ini tidak dihilangkan, ilmu bukan hanya tak
mendatangkan faedah bagi wujud yang kotor, malah akan membuat kotoran
itu semakin menyebar dan berkembang. Pada tahap pertama, kotoran batin
itu akan membinasakan si alim yang bejat, dan pada tahap berikutnya ia
akan merusak orang-orang lain, dan membinasakan masyarakat insani.
Sejarah menyebutkan bahwa bahaya yang ditimbulkan oleh orang alim yang
bejat jauh lebih besar dibanding bahaya orang biasa. Dalam pandangan
Imam Khomeini, mencari keutamaan insani dan akhlak mulia adalah
kewajiban yang sangat sulit dan besar yang mesti dilaksanakan oleh semua
orang, khususnya para pencari ilmu. Sebab, ilmu yang disertai jiwa yang
terbersihkan akan mendatangkan faedah dan berkah yang sangat besar bagi
umat dan akan menyelamatkan masyarakat.
Mungkin dari semua buku yang dinisbatkan kepada Imam Khomeini, Sahifeh
Nur adalah buku yang spesial. Buku yang dicetak dalam 21 jilid ini
adalah kumpulan pidato dan surat-surat Imam. Buku ini diawali dengan
surat beliau yang ditulis pada tahun 1933 dan diakhiri dengan surat
bertanggal 19 Mei 1989 atau sekitar dua minggu sebelum beliau wafat.
Sahifeh Nur juga memuat surat-surat Imam Khomeini kepada anak-anaknya,
orang-orang dekatnya dan para pencintanya yang tersebar di seluruh
penjuru Iran bahkan di berbagai negara dunia. Surat-surat itu
menunjukkan sisi lain dari kepribadian agung beliau. Meski secara
keilmuan beliau adalah marji yang menjadi rujukan fatwa dan pemimpin
revolusi besar Islam di Iran, namun Imam Khomeini tetap menaruh
perhatian kasih sayang kepada anak-anak, orang-porang dekat dan para
pencintanya. Surat-surat beliau bervariasi ada yang sekedar menanyakan
kabar, ada yang memberi arahan unutk menyelesaikan masalah, ada pula
yang mendorong untuk tekun belajar dan membersihkan jiwa, dan ada pula
bimbingan untuk hidup yang lebih baik. Semua itu mengandung nilai
pelajaran akhlak Islami yang sangat berharga.
Sahifeh Nur juga memuat pesan-pesan agama dan politik sang Imam.
Pesan-pesan ini memperlihatkan hubungan erat dan emosional antara
pemimpin agung ini dengan masyarakat baik sebelum kemenangan revolusi
Islam maupun setelahnya. Pesan-pesan itulah yang menyulut semangat
rakyat untuk bangkit berjuang melawan kezaliman rezim Syah. Proses
perjuangan rakyat Iran dalam revolusi Islam berjalan sesuai arahan
pesan-pesan dari Imam Khomeini.
Selain pesan-pesan itu, Sahifeh Nur juga memuat pidato-pidato dan
pembicaraan Imam Khomeini. Pidato-pidato itulah yang mengenalkan rakyat
akan pemikiran beliau. Beliau memiliki kepribadian yang lembut dan
serlalu nampak tenang tapi tegar dan penuh ketegasan. Pandangannya
lembut tapi merasuk ke dalam jiwa. Kata-katanya sederhana tapi penuh
ketulusan. Semua itu membuat rakyat tak ragu untuk meluapkan perasaan
cinta yang sangat dalam kepadanya. Imam Khomeini yang dikenal berani dan
lantang dalam melawan kezaliman adalah figur yang sangat penyayang
kepada mereka yang teraniaya. Beliau adalah mujtahid dan fakih, filosof
dan arif, pemimpin besar dan sekaligus hamba Allah yang saleh. Revolusi
Islam sampai saat ini tetap menjadikan petuah-petuah dan bimbingannya
sebagai pelita penerang dalam setiap langkahnya. (IRIB Indonesia)
0 komentar:
Posting Komentar
komen disini